Kamis, 16 Mei 2013



MAKALAH KOMUNIKASI KEBIDANAN
“STUDY KASUS ( Budaya Papua)”
Dosen Pengampu: Frida Cahyaningrum S.SiT
  
Disusun oleh:
Lina fathma
(121150)

 AKADEMI KEBIDANAN ABDI HUSADA SEMARANG  
TAHUN AJARAN 2013


           DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR          ..........................................................  i
DAFTAR  ISI                                    ............................................  ii
BAB I PENDAHULUAN    ..........................................................  1
           A. Latar Belakang       .........................................................  1
           B. Tujuan                    .........................................................  2
           C. Rumusan Masalah  .........................................................  2
           D. Tujuan                    .........................................................  2
BAB II PEMBAHASAN      ..........................................................  3
           A. Budaya Sunat di Papua     ..............................................  3
           B. Budaya Perkawinan di papua        ..................................  4
           C. Budaya Kelahiran di Papua           ..................................  4
           D. Budaya Kematian di Papua           ..................................  5
BABIII PENUTUP               ..........................................................  6
           A. Kesimpulan            ..........................................................  6
           B. Saran                      ..........................................................  6
DAFTAR PUSTAKA           ..........................................................  7






KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalahnya dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyelesaikan makalah yang berjudul “STUDY KASUS ( Tradisi Daerah Papua yang Berkaitan Dengan Kesehatan ). Makalah ini dibuat sebagai syarat pemenuhan tugas dari Mata Kuliah Komunikasi Kebidanan.
Dalam kesempatan yang baik ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih pada dosen pengampu Komunikasi Kebidanan Frida Cahyaningrum S.SiT karena bimbingan beliau penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Rasa terima kasih juga penulis ucapkan berkat kerjasama kita sebagai kelompok sehingga makalah ini terbentuk dan selesai dengan baik.
penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memiliki banyak keterbatasan, sehingga jika pembaca menemukan kekurangan atau kekeliruan, dengan hati terbuka penulis menerima saran dan kritiknya.
Akhirnya, penulis ucapkan terima kasih dan selamat membaca, semoga kita dapat memanfaatkan makalah ini bersama – sama.

Semarang, 16 Mei 2013

Lina fathma



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
 Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya adalah aturan dan norma-norma yang telah mendarah daging disuatu daerah salah satunya adalah Papua. Di Papua banyak sekali terdapat banyak sekali budaya yang menyimpang dari kesehatan, mulai dari budaya khitan, perkawinan, kelahiran, dan kematian. Semua budaya tersebut menyalahi kaidah kesehatan yang seharunya ditegakkan. Meskipun tidak semua suku papua yang menganut budaya tersebut, tetapi ini adalah sample dari kasus yang harus diperhatikan oleh pemerintah.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1.      Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
    • alat-alat teknologi
    • sistem ekonomi
    • keluarga
    • kekuasaan politik
  1. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
    • sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
    • organisasi ekonomi
    • alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
    • organisasi kekuatan (politik)

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.


B.     Tujuan
Agar mengetahui budaya pada suatu daerah yang masih melanggar atau menyimpang dari kaidah kesehatan.

C.     Rumusan Masalah
Apa yang menjadi penyebab masalah kesehatan terkait dengan kebudayaan masyarakat disuatu daerah ?

D.    Manfaat
Dapat memberikan informasi mengenai kebudayaan yang menyimpang dari kaidah kesehatan sehingga dapat memberikan penanganan yang lebih dini serta membantu pemerintah untuk mengetahui masalah kesehatan sehingga dapat menekan angka kesakitan dan kematian mulai dari dini.

BAB II
PEMBAHASAN
“STUDY KASUS (Budaya Papua)”


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
 Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya adalah aturan dan norma-norma yang telah mendarah daging disuatu daerah salah satunya adalah Papua. Di Papua banyak sekali terdapat banyak sekali budaya yang menyimpang dari kesehatan, mulai dari budaya khitan, perkawinan, kelahiran, dan kematian. Semua budaya tersebut menyalahi kaidah kesehatan yang seharunya ditegakkan. Meskipun tidak semua suku papua yang menganut budaya tersebut, tetapi ini adalah sample dari kasus yang harus diperhatikan oleh pemerintah.
A.    Budaya Sunat di Papua
Di Papua, seorang anak laki-laki yang beranjak dewasa harus melalui ritual berhubungan fisik dengan laki-laki yang lebih tua. Dipercaya “asupan kekuatan” dari laki-laki dewasa itu akan membantu si remaja  tumbuh menjadi pria yang maskulin. Gilbert H. Herd dalam bukunya Ritualized Homosexuality in Melanesia mengatakan bahwa upacara homoseksual ini ditemukan pada beberapa suku di pantai selatan Papua antara Pantai Kasuari, di kabupaten Asmat, Kolepom, Marind-Anim, juga beberapa tempat di Sungai Fly, Papua Nugini.
Sementara bagi perempuan di suku Kelepom, Papua, yang memasuki masa puber melakukan hubungan seks secara heteroseksual dengan lelaki yang sudah menikah. Ia menjadi suatu pelengkap dalam upacara inisiasi untuk membuktikan masa kedewasaan perempuan.Ketika ritual inisiasi dilangsungkan, seorang lelaki atau perempuan dianggap sudah menjadi bagian dari masyarakat yang siap memegang tanggung jawab dan menikah. Di sejumlah daerah, ritual pernikahan ini melibatkan bukan hanya aktivitas heteroseksual tapi juga homoseksual.

B.     Budaya Perkawinan di Papua

Persetubuhan heteroseksual sebelum menikah juga merupakan bagian dari upacara adat dalam kebudayaan Papua, terutama di kalangan orang Purari, Kiwai, Marind, Kolepom, dan Asmat. Di kalangan orang Marind, misalnya, persetubuhan ditegaskan untuk menghasilkan cairan seksual guna meningkatkan kesuburan, mempersiapkan diri sebelum memasuki kehidupan perkawinan (konsep kedewasaan), membuka kebun, awal kegiatan pengayauan, keseimbangan lingkunggan, pengobatan, kekuatan magi, dan kepemimpinan. Ia mempunyai makna untuk menata kehidupan warganya.
Menurut A.E. Dumatubun dalam “Pengetahuan, Perilaku Seksual Suku Bangsa Marind-Anim” yang dimuat di Jurnal Antropologi Papua, April 2003, dasar utama dari berbagai aktivitas seksual, baik secara homoseksual maupun heteroseksual, di kalangan suku Marind-Anim itu berlandaskan pada konsep “kebudayaan semen“ atau “kebudayaan sperma”. Sperma merupakan kekuatan yang diperoleh dari seorang pria yang perkasa dan kuat. Sperma berhubungan dengan konsep kesuburan, kecantikan, kekuatan penyembuhan, dan kekuatan mematikan. Sehingga di dalam aktivitas hidup suku Marind-Anim konsep sperma memainkan peranan penting.

C.     Budaya Kelahiran di Papua
Di Mamberamo, seorang ibu yang akan melahirkan akan pergi ke sungai, berdiri di atas batuan padat dan memegang sebuah pohon di tepi sungai. Ketika darah mulai menetes buaya menunggu di bawahnya. Saat bayi muncul, sang ibu harus cepat merebut dan berbaring di pinggir sungai untuk memotong tali pusat.
Ibu-ibu suku amungme dan kamoro, melakukan persalinan di dalam kamar mandi. Ruangan tersebut tidak memenuhi syarat dan tidak terjamin kebersihannya sehingga sangat memungkinkan terjadi komplikasi infeksi pada ibu dan bayi. Ibu mulai berada di dalam ruangan yang sempit dan lembab pada awal kala 2 sampai akhir kala 3 yaitu sekitar 40 menit sampai dengan dua jam. Luka-luka perdarahan yang terjadi dalam proses persalinan, sangat rentan untuk terjadinya infeksi pada ibu dan bayi. Rasa pasrah dan tidak waspada dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi, membuat mereka tetap memilih cara seperti itu. Bahkan untuk persalinan yang tak terduga, sering terjadi di atas pasir di pinggir pantai atau di atas rumput di pinggir hutan lokasi meramu dengan beratapkan pohon, beralaskan rumput, dinding semak belukar.
D.    Budaya Kematian di Papua ( Pemotongan Jari)
Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Ungkapan yang begitu mendalam, bahkan harus kehilangan anggota tubuh. Bagi masyarakat pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Bagi masyarakat Baliem Jayawijaya kebersamaan dalam sebuah keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri.
pemotongan jari itu umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Namun tidak menutup kemungkinan pemotongan jari dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak orang tua laki-laki atau pun perempuan. Pemotongan jari tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mencegah 'terulang kembali' malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang yang didalam keluarga yang berduka.





BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
masalah kebudayaan saat ini masih menjadi fenomena kehidupan, salah satunya adalah di Papua. Kebudayaan-kebudayaan Papua banyak yang mengganggu kesehatan, mulai dari khitan, perkawinan, persalinan dan kelahiran. Kebudayaan di Papua sangat mendarah daging sehingga sulit untuk dihapuskan, karena mereka menganggap budaya yang diyakininya yang akan menyelamatkan mereka. Selain karena itu tingkat pengetahuan dan pendidikan yang masih sangat minim sehingga sangat sulit untuk mengubah pola pikir dari daerah tersebut untuk selaras dengan pemerintah menegakkan kesehatan di Indonnesia ini.

B.     Saran
Masalah kebudayaan ini menjadi PR pemerintah dan tenaga kesehatan untuk menekan angka kematian dan kesakitan diindonesia yang merupakan tujuan MDG’s tahun 2015. Agar hal tersebut tercapai hendaknya pemerintah membuat program untuk menyebarluaskan tenaga kesehatan sampai ke daerah pelosok seperti papua, untuk diberikan pelayanan kesehatan dan promosi kesehatan.





DAFTAR PUSTAKA



Selasa, 14 Mei 2013



SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S.A.P )
BERAT BADAN LAHIR RENDAH

DOSEN PENGAMPU : DEWI ELIANA, S.KM

DISUSUN OLEH :
LINA FATHMA
(121150)



AKADEMI KEBIDANAN ABDI HUSADA
SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik                           : Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Hari/Tanggal               :
Waktu                         : 08.00 – Selesai
Sasaran                        : Rumah Sakit Ibu danAanak
Penyuluhan                 : Mahasiswa

       I.            TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah kegiatan penyuluhan, sasaran diharapkan dapat memahami pengertian, manifestasi klinis, tanda - tanda, diagnosis, klarifikasi, faktor – faktor, penanganan Bayi BBLR serta mampu memahami tentang kondisi bayi BBLR.
    II.            TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah diberikan penyuluhan tentang bayi berat badan lahir rendah sasaran diharapkan mampu :
*      Menjelaskan kembali pengertian bayi BBLR tanpa melihan lieflet
*      Menjelaskan kembali tentang penyebab bayi BBLR
*      Mengetahui tanda – tanda dan faktor bayi BBLR

 III.            MATERI
*      Pengertian bayi BBLR
*      Manifestasi klinis bayi BBLR
*      Tanda – tanda bayi BBLR
*      Diagnosis bayi BBLR
*      Klasifikasi bayi BBLR
*      Faktor – faktor bayi BBLR

 IV.            PROSES PENYULUHAN


NO
TAHAP KEGIATAN
WAKTU
KEGIATAN
PENYULUHAN
PESERTA
1
Pembukaan
5 Menit
1.      Mengucapkan salam.
2.      Memperke
*      Menyampaikan salam dan perkenalan.
*      Membuat kontrak waktu dan topik.
*      Menjelaskan TIU dan TIK
4.      Menjelaskan tujuan.
1.      Menjawab salam.
2.      Memperhatikan
3.   Memperhatikan dan mendengarkan.
4.      Memperhatikan.
2
Pengembangan
15 Menit
Menjelaskan materi tentang bayi BBLR
Memperhatikan dan mendengarkan
3
Penutupan.
40 Menit
* Memberi peluang pertanyaan.
* Menjawab pertanyaan.
* Evaluasi atau menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
* Menanyakan kembali materi yang telah disampaikan.
* Salam penutup.
*      Mengajukan pertanyaan.
*      Mendengarkan jawaban.
*      Menjawab pertanyaan.
*      Menjawab salam.

    V.            PESERETA
Jumlah       : 74 Orang.

 VI.            METODE
*      Ceramah
*      Tanya jawab
*      Demonstrasi

VII.            MEDIA
*      Leaflet
*      Audio – Visual
*      Alat peraga
VIII.            EVALUASI
A.    Kongnitif
Sasaran diharapkan mampu mengulas kembali materi yang sudah disampaikan tentang :
*      Pengertian bayi BBLR
*      Manifestasi Klinis bayi BBLR
*      Tanda - tanda bayi BBLR
*      Diagnosis bayi BBLR
*      Klasifikasi bayi BBLR
*      Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya bayi BBLR
B.     AFEKTIF
*      Sasaran dapat mengerti tentang arti dan tanda – tanda dan faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya bayi BBLR
*      Sasaran dapat mengerti tentang bayi BBLR
C.    PSIKOMOTOR
Sasaran mengetahui bayi dengan berat badan lahir rendah




BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH


A.    PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Sarwono, Prawironardjo, 2006).
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan.
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature dengan bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi premature (Mochtar, Rustam, 1998). Dan pada tahun 1970, kongres european perinatal medicine II yang diadakan di london juga diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi lahir, yaitu sebagai berikut:
*      Bayi kurang bulan adalah, bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
*      Bayi cukup bulan adalah, bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293)
*      Bayi lebih bulan adalah, bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)

B.     MANIFESTASI KLINIS BBLR
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut:
*      Berat kurang dari 2500 gram
*      Panjang kurang dari 45 cm
*      Lingkar dada kurang dari 30 cm
*      Lingkar kepala kurang dari 33 cm
*      Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
*      Kepala lebih besar
*      Kulit tipis, transparan, rambut lagugo banyak, lemak kurang
*      Otot hipotonik lemah
*      Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
*      Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi – lurus
*      Kepala tidak mampu tegak
*      Pernapasan 40 – 50 kali / menit
*      Nadi 100 – 140 kali / menit
BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya lemah, yaitu sebagai berikut ;
a)      Tanda- tanda bayi kurang bulan (KB) :
*      Kulit tipis dan mengkilap
*      Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
*      Lanugo masih banyak ditemukan terutama pada punggung
*      Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
*      Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
*      Pada bayi laki – laki, skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
*      Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
*      Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur
*      Aktivitas dan tangisannya lemah
*      Refleks menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah
b)      Tanda- tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) :
*      Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari 2500 gram
*      Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
*      Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
*      Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan, payudara dan puting sesuai masa kehamilan
C.     TANDA – TANDA BBLR
*      Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
*      Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
*      Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
*      Rambut lunugo masih banyak.
*      Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
*      Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
*      Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
*      Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrutom, pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang (pada bayi laki-laki).
*      Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
*      Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
*      Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang.
*      Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
D.    DIAGNOSIS BBLR
Dalam mendiagnosa bayi dengan BBLR maka hal – hal yang harus diperlihatkan adalah :
*      Penghitungan HPHT
*      Penilaian secara klinis ; BB, PB, lingkar dada, dan lingkar kepala
E.     KLASIFIKASI BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1)      Menurut harapan hidupnya;
*      Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
*      Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100- 1500 gram
*      Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 100 gram
2)      Menurut masa gestasinya;
*      Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai berat badan untuk usia kehamilan (NBK-KMK).
*      Dismaturitas, yaitu bayi dengan berat badan kurang, dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan, ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine (NKB-SMK)
F.      FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:
1.      Faktor lbu
*      Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
*      Umur ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 - 35 tahun.
*      Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik (khususnya anemia) dan pelaksanaan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.temyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
*      Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2.      Faktor janin
*      Kehamilan ganda.
*      Hidramnion.
*      Ketuban pecah dini.
*      Cacat bawaan, kelainan kromosom.
*      Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
*       Insufensi plasenta.
*       Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B, dan O)
*      Kelaina kromosom
3.      Faktor lingkungan
*      Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi.
*      Terpapar zat-zat beracun.
4.      Faktor plasenta
*      Plasentitis vilus
*      Luas permukaan berkurang
*      Plasenta yang lepas
*      Infrak
*      Hidramnion
*      Sindrom parabiotik
*      Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)
G.    PENATALAKSANAAN
Perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) :
*      Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
*      Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
*       Pengawasan nutrisi/ASI. Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
*      Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
*       Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan suhu tetap hangat.
*      Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
*      Tali pusat dalam keadaan bersih.
*      Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
*      Bila tidak mungkin infuse dekstrose 10% + bicabornas natricus 1,5% = 4 : 1, hari 1 = 60 cc/kg/hari (kolaborasi dengan dokter) dan berikan antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
*      Mochtar, Rustam. 1998. Sinpsi Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
*      Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.
*      Sarwono, Prawironardjo. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.
*      Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from :http://www.digilib.litbang.depkes.go.id . Last Update : 2003 [diakses tanggal 2 Desember 2007].
*      Erlina (2008). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). http://www.eMedicine.com. Tanggal 30-12-2008 jam 10.00 Wib
*      Lya Li el’s Blog (2008). Tinjauan Teori BBLR. http://li-el.blog.friendster.com. Tanggal 30-12-2008 jam 08.00.
*      Proverawati, Atikah. 2010. BBLR .yogyakarta: NUMED.
 
Copyright (c) 2010 Midwife Putry salju. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.