LAPORAN KASUS
PRASAT
KDK
MELAKSANAKAN PERASAT INJEKSI INTRACUTAN (IC) PADA An. A UMUR 2 BULAN DENGAN
IMUNISASI BCG DI RUANG KIA PUSKESMAS KARANGDORO SEMARANG
Disusun Oleh :
Lina Fathma (121150)
AKADEMI KEBIDANAN ABDI HUSADA
SEMARANG TAHUN AKADEMIK
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat ALLAH
Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan hidayahNya sehingga kami dapat menyusun laporan ini. Kegiatan ini kami laksanakan mulai
tanggal 08 juli 2013 sampai 20 juli 2013.
Di dalam penyusunan laporan ini kami telah banyak menerima
bimbingan, petunjuk, pengalaman
dan bantuan serta saran-saran yang sangat membantu, dari berbagai pihak untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam bidang kesehatan, khususnya kami mahasiswa Akademi Kebidanan
yang masih butuh banyak bimbingan dan pengajaran yang baik dan benar. Untuk itu
kami ucapkan banyak terimakasih kepada :
- Dra.
Tatik Indrawati, S.SiT, M.Kes, Direktur Akademi Kebidanan Abdi Husada
Semarang.
- dr Wardah bahrun selaku
kepala puskesmas Karangdoro yang telah memberikan
izin dan kesempatan pada kami untuk belajar dan melaksanakan praktik
klinik kebidanan.
- Ida Ruyani Amd. Keb selaku
bidan koordinator serta yang telah membimbing dan
memberikan arahan kepada kami selama di puskesmas Karangdoro.
- dr Kristin selaku pembimbing lapangan yang telah
membimbing dan memberikan arahan kepada kami selama di puskesmas
Karangdoro.
- Dewi Elliana SKM selaku dosen pembimbing akademi
yang telah memberi pengesahan serta membimbing dan memberikan arahan
kepada kami selama di institusi.
- Orang tua dan keluarga yang telah memberikan
dukungan moral, material dan spiritual.
- Alim perdana putra yang saya sayangi dan yang senantiasa selalu menyemangati dan mendukung saya dalam segala aspek yang bersifat positif.
- Teman – teman seperjuangan yang terkait dan turut
membantu penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini jauh dari
kesempurnaan, yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun guna
perbaikan diwaktu yang akan datang.
Semarang, 17
Juli 2013
Lina Fathma
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
study kasus dengan judul “MELAKSANAKAN PERASAT INJEKSI
INTRACUTAN (IC) PADA An. A UMUR 2 BULAN DENGAN IMUNISASI BCG DI RUANG KIA
PUSKESMAS KARANGDORO SEMARANG” telah mendapatkan persetujuan pembimbing
Semarang, Juli 2013
mengetahui
Pembimbing lahan /
CI Pembimbing akademi
( Ida ruyani. Amd.Keb ) ( Dewi
Elliana. SKM )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Obat adalah senyawa atau campuran
senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. Teknik pemberian
obat didapati ada berbagai macam cara, diantaranya secara oral, parental,
dermal, bucal, sublingual dan sebagainya. Yang akan dibahas lebih lengkap dalam
makalah kali ini adalah pemberian obat atau sediaan parental (Perry Potter,
2010).
Sediaan parenteral merupakan sediaan
steril. Yang sediaan ini diberikan melalui beberapa rute. Sediaan parental ini
merupakan sediaan unik diantara bentuk obat yang terbagi – bagi. Karena sediaan
ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh, jenis
pemberian parental yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutis dan
intradermal. Pemberian secara parental dilakukan bila diinginkan kerja obat
yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat bila penderita tidak dapat diajak
berkerjasama, tidak sadar atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara
pemberian yang lain (Perry Potter, 2010).
Injeksi yaitu sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus
dilakukan dengan menggunakan teknik steril. Yang pada umumnya Injeksi dilakukan
dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk
mendapatkan efek obat yang cepat (Alimul Aziz, 2006).
Salah satu tugas terpenting dari seorang bidan adalah
memberikan obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama
terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja
menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien
dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan. Seorang
bidan memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang
ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu
klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan (Perry Potter,
2006).
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu
melakukan tindakan injeksi intracutan (IC) secara benar dan tepat sesuai dengan
langkah – langkah yang telah di tetapkan.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa dapat
mengkaji data pasien.
b.
Mahasiswa dapat
mengidentifikasi diagnosa.
c.
Mahasiswa dapat
melakukan tindakan sesuai dengan langkah – langkah.
d.
Mahasiswa dapat
mengevakuasi tindakan yang sudah dilakukan.
C.
Manfaat Penulisan
1.
Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara melakukan
tekhnik penyuntikan secara intracutan (IC) dengan benar dan mahasiswa dapat
menambah pengetahuan yang diajarkan di institusi dan di lahan praktik dan
mengetahui adanya kesenjangan yang terjadi antra lahan dan teori.
2.
Tenaga Kesehatan
Sebagai acuan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya imunisasi BCG.
3.
Institusi Pendidikan
Dapat menambah gambaran bagaimana tindakan suntik
intracutan (IC) di lapangan dan dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran
dikampus serta menambah kepustakaan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
- Konsep teori perasat
1. Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi
Imunisasi adalah
suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan (Depkes RI, 2006).
Imunisasi adalah
usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu (Widjaja, 2011).
Imunisasi yaitu merupakan usaha memberikan kekebalan
pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan
vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya BCG, DPT, dan campak) dan
melalui mulut (misalnya vaksin polio).
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan
pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(kepmenkes, 2005).
Program
imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut
adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis.
c.
Syarat Pemberian Imunisasi
Paling utama adalah anak yang akan mendapat
imunisasi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu
merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari
bakteri ke dalam tubuh dan kemudian menimbulkan antibodi Imunisasi tidak boleh
diberikan hanya pada kondisi tertentu misalnya
anak mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh
misalkan gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS (Suyitno haryono, 2005).
2.
Imunisasi BCG
a.
Pengertian Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin)
merupakan imunisasi yang digunakkan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC.
Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan
mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang
terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara
lain : berat badan anak sudah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk
berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa
inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu.
b.
Usia Pemberian
Dibawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2
bulan, disarankan tes Montoux (tuberculin) dahulu untuk mengetahui
apakah pada bayi telah terdapat kuman Mycrobacterium tuberculosis atau
belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB
yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir bayi
harus di imunisasi BCG.
c.
Jumlah Pemberian dan Dosis
Cukup 1 kali saja, tidak perlu diulang (booster).
Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody yang dihasilkannya
tinggi terus. Dengan dosis 0,05 cc secara intracutan di daerah
lengan kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan
pelan-pelan.
Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar
dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus
(10 mm, ukuran 26). Kerjasama antara ibu dengan petugas imunisasi sangat
diharapkan, agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat (nufareni, 2013).
d.
Kontra Indikasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada
kondisi:
1) Seorang
anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun, seperti eksim,
furunkulosis, dan sebagainya.
2)
Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang
atau anak yang sedang menderita TBC
e.
Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menimbulkan reaksi yang bersifat
umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan
ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tersebut tidak perlu pengobatan
, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang
terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat
tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal tidak memerlukan
pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya
f.
Reaksi yang Mungkin Terjadi
1)
Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada
tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.
Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu
pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara
spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2)
Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening
ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan
menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
g.
Komplikasi yang Mungkin Timbul
1)
Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat
penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang
secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang,
sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan
bukan disayat.
Limfa denitis
supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya
terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
3.
Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian
injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan
teknik steril. Yang pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang
cepat (Ferdinan, 2010).
a.
Injeksi Intracutan
(IC)
Injeksi Intacutan adalah Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam
epidermis di bawah stratum corneum, dengan menggunakan spuid. Rute ini
digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau
vaksin (Ferdinan, 2010).
b.
Tujuan dan Area
Injeksi Metode Intracutan (IC)
1)
Memasukkan sejumlah
toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit untuk diabsorbsi.
2)
Metode untuk test
diagnostik terhadap alergi atau adanya penyakit – penyakit tertentu.
3)
Mendapatkan
pengobatan sesuai program pengobatan.
4)
Memperlancar proses
pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
5)
Mendapatkan reaksi
setempat.
6)
Mendapatkan atau
menambahkan kekebalan misalnya pada imunisasi BCG.
c.
Tempat Injeksi
Intracutan
1)
Lengan bawah bagian
dalam
2)
Dada bagian atas
3)
Punggung di bawah
skapula
( Ns. Eni Kusyati 2012 )
d.
Indikasi
1)
Pasien yang
membutuhkan tes alergi (mantoux tes)
2)
Pasien yang
akan melakukan vaksinasi.
3)
Menegakkan bsorbs
penyakit.
4)
Sebelum
memasukkan obat.
e.
Kontra Indikasi
1)
Pasien yang
mengalami infeksi pada kulit.
2)
Pasien
dengan kulit terluka.
3)
Pasien yang sudah
dilakukan skin tes.
f.
Keuntungan
1)
Suplai darah
sedikit, sehingga bsorbs lambat.
2)
Bisa
mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3)
Memperlancar
proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
g.
Kerugian
1)
Apabila obat
sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini berarti,
pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik maupun
kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan.
2)
Tuntutan
sterilitas sangat ketat.
3)
Memerlukan
petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
4)
Adanya
resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.
h.
Persiapan Alat dan
Bahan
1)
Buku catatan
pemberian obat atau kartu obat
2)
Bolpoin / spidol
3)
Bak spuid atau
sevty box
4)
Kapas alkohol atau
kapas air hangat
5)
Sarung tangan atau
handscoon
6)
Spuit tuberculin
atau 0,05 cc disposible dengan jarum ukuran 25 – 27 panjang 10mm
7)
Bengkok
8)
Vaksin BCG dengan
gergaji ampul
9)
Pelarut vaksin BCG
10) Perlak dan alas nierbeken
11) Jarum sesuai kebutuhan
( Ns. Eni Kusyati 2012 )
i.
Prosedur
Pelaksanaan Injeksi Intracutan
1)
Beri salam pada
klien
2)
Perkenalkan diri
pada klien
3)
Minta persetujuan
tindakan
4)
Cuci tangan dengan
7 langkah
5)
Siapkan obat sesuai
dengan prinsip “Enam benar” yaitu
a)
Benar obat
b)
Benar dosis
c)
Benar klien
d)
Benar rute
pemberian
e)
Benar waktu
f)
Benar
dokumentasikan
6)
Identifikasi klien
7)
Beritahu klien dan
jelaskan prosedur yang akan diberikan
8)
Atur klien pada
posisi yang nyaman
9)
Pakai sarung tangan
atau handscoon
10) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan.
11) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol atau kapas air
hangat dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5
cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari
kulit yang mengandung mikroorganisme.
12) Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
13) Buka tutup jarum
14) Tempatkan ibu jari dengan tangan non dominan sekitar 2,5cm dibawah area
penusukan, kemudian tarik kulit
15) Dengan ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 15derajat
16) Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan (jendalan harus
terbentuk)
17) Cabut jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan
18) Usap pelan-pelan area penyuntikan (jangan melakukan masage pada area
penusukan).
19) Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm disekitar jendalan dengan menggunakan
pupen. Intruksikan klien untuk tidak menggosok area tersebut
20) Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak. Jika tes alergi, observasi
adanya reaksi sistemik (misalnya sulit bernafas, berkeringat dingin, pingsan,
mual, muntah).
21) Kembalikan posisi klien
22) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
23) Buka sarung tangan atau handscoon
24) Cuci tangan
25) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
26) Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan
selanjutnya secara periodik.
(Ns. Eni Kusyati 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Kusyati, Eni. 2004. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta:
EGC
H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.Jakarta: Salemba Medika.
Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika.
Departemen
kesehatan replubik Indonesia, 2006. Profil kesehatan imunisasi
Ferdinan.2010.Memberikan Obat Melalui Suntikan Intracutan
atau Intradermal.
Widjaja, 2001, Mencegah dan Mengatasi Demam Pada Balita, Jakarta :
Kawan
Pustaka
Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2000 Modul Latihan Petugas Imunisasi,
Jakarta
Suyitno haryono. 2005. Pedoman
Imunisasi Di Indonesia. Satgas imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
BAB III
LANDASAN KASUS
MELAKSANAKAN
PERASAT INJEKSI INTRACUTAN (IC) PADA
An. A UMUR 2 BULAN DENGAN IMUNISASI BCG DI RUANG KIA PUSKESMAS KARANGDORO
SEMARANG
- PENGKAJIAN
No Register : 0922725
Tanggal
masuk : 10 Juli 2013
Jam : 08. 30 WIB
Tempat : Ruang KIA
1. Data
Subyektif
a. Identitas
1) Nama balita : An. A
2) Umur : 2 tahun
3) Jenis
kelamin : Laki – laki
4) Tanggal
lahir : 31 Mei 2013
5) Alamat : TB. Rejo 5/6 Semarang
b. Nama
Penangung Jawab
1) Nama ayah : Tn . A
2) Umur : 28 tahun
3) Agama : Islam
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Swasta
6) Suku : Jawa
7) Bangsa : Indonesia
8) Alamat : TB. Rejo 5/6 Semarang
c. Alasan Datang
atau Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin
mengimunisasi bayinya dan pada saat ini bayinya dalam keadaan sehat
d. Riwayat Kelahiran
a) Tanggal
lahir : 31 Mei 2013
b) Jenis
persalinan : Spontan
c) Penolong : Bidan di Puskesmas Karangdoro
Semarang
d) Berat badan
: 4100 gr
e) Lingkar
kepala : 34 cm
f) Lingkar
dada : 37 cm
g) Lila : 10 cm
e. Kebutuhan Klien
: ASI Eksklusif
f. Riwayat
Kesehatan Anak
a)
Riwayat
kesehatan sekarang
Ibu mengatakan
anaknya tidak sedang menderita penakit menular, menurun dan menahun.
b)
Riwayat
penyakit dahulu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit yang menular, menurun dan menahun.
c)
Riwayat
penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga
tidak ada yang menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC, dll
g.
Rencana Asuhan yang akan diberikan
Imunisasi BCG
h.
Riwayat Imunisasi
a)
Imunisasi HB0 :
10 Juli 2013
b)
Imunisasi BCG :
01 Juni 2013
2.
Data Obyektif
a.
Pemeriksaan Fisik Umum
1)
Keadaan umum :
baik
2)
Kesadaran :
composmentis
3)
Tanda Tanda Vital :
a)
Nadi : 140
kali / menit
b)
Suhu : 36 ° C
4)
Berat Badan : 4100 gr
5)
Panjang Badan : 53 cm
b.
Pemeriksaan Fisik Khusus
1)
Kepala : rambut hitam tipis, kulit kepala bersih.
2)
Muka : bersih, kulit tidak kisut.
3)
Mata : simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva
tidak pucat.
4)
Telinga : simetris, tidak ada benjolan abnormal, daun telinga
normal.
5)
Hidung : bersih, tidak ada benjolan abnormal.
6)
Mulut : bersih, bibir tidak
sumbing dan langit-langit normal, reflek hisab baik, tidak ada kelainan.
7)
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis.
8)
Dada : simetris, mtidak ada tarikan dinding dada.
9)
Abdomen : tidak kembung dan adanya
benjolan.
10) Tali pusat : sudah lepas, bersih
11) Punggung : tidak ada kelainan
12) Extremitas : reflek baik, jari lengkap
13) Genetalia : tidak ada kelainan
14) Anus : berlubang, tidak ada kelaianan
c.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
- INTERPRESTASI
DATA
1.
Diagnosa : An. A
umur 2 bulan dengan kebutuhan imunisasi BCG
2.
Masalah : tidak ada
3.
Kebutuhan : tidak
ada
- DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
- IDENTIFIKASI
TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
- RENCANA
TINDAKAN
1.
Lakukan pemeriksaan terhadap bayi
2.
Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
3.
Beritahu KIE pada ibu tentang imunisasi BCG
4.
Siapkan vaksin
BCG
5.
Posisikan bayi
6.
Anjurkan ibu
untuk memegang dengan kuat pada lengan atas bayi
7.
Lakukan imunisasi dengan Suntikkan vaksin BCG secara IC di lengan kanan atas bayi dengan teknik anti
septik.
8.
Beritahu ibu efek samping dari imunisasi BCG
9.
Beritahu ibu untuk lakukan kunjungan ulang dan melakukan imunisasi
berikutnya untuk kembali 1 bulan kemudian unyuk imunisasi DPT, HB2 dan folio
10. Dokumentasikan hasil tindakan
- PELAKSANAAN DI
LAHAN
1.
Menanyakan maksut dan tujuan pasien.
2.
Melakukan pemeriksaan terhadap bayi, dimulai
dengan menimbang BB, mengukur panjang badan, suhu, nadi, dan pernapasan bayi.
3.
Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
4.
Memberi KIE kepada ibu tentang imunisasi BCG yaitu untuk memberi
kekebalan tubuh bayi terhadap penyakit Tuberculosis (TBC).
5.
Memposisikan bayi dengan membebaskan area yang akan disuntikkan vaksin
BCG.
6.
Mempersiapkan imunisasi BCG dan melakukan imunisasi dengan memberikan
vaksin BCG 0,5 ml yang diinjeksikan secara intracutan (IC) di 1/3 lengan atas, yaitu injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum
corneum, dengan menggunakan spuid. Rute ini digunakan untuk memberi volume
kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.
7.
Memberitahu ibu efek samping dari imunisasi BCG, yaitu terdapat benjolan setelah imunisasi dan akan hilang 1-2 hari dan rasa sakit diarea
suntikan yang sedikit kemerahan dan bengkak dengan
tidak diberi obat dan tidak di masase.
8.
Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang dan melakukan imunisasi
berikutnya, satu bulan lagi sesuai jadwal imunisasi dasar lengkap.
9.
Mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dalam buku KIA
- EVALUASI
1.
Telah dilakukan pada tanggal 10 Juli
2013,Pukul 08. 30 WIB yaitu pemeriksaan awal pada An. A umur 2 bulan yang
ingin melaksanakan imunisasi BCG di ruang KIA Puskesmas Karangdoro Semarang meliputi BB, TB, Suhu, dan Nadi.
2.
Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil dari pemeriksaan yang telah
dilakukan pada bayinya.
3.
Ibu sudah mendapat KIE mengenai imunisasi BCG.
4.
Imunisasi BCG telah diberikan.
5.
Ibu sudah mengetahui efek samping dari imunisasi BCG.
6.
Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang satu bulan lagi dan
melakukan imunisasi selanjutnya sesuai jadwal imunisasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan imunisasi BCG
dengan injeksi intracutan yang dilakukan pada An. A umur 2 bulan di ruang KIA Puskesmas Karangdoro Semarang pada
tanggal 10 Juli 2012, terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek dilahan. Kesenjangan tersebut terdapat pada persiapan alat dan
prosedur pelaksanaanya
yaitu :
- Pada
pelaksanaan cara kerja, petugas tidak mencuci tangan terlebih
dahulu sebelum dan sesudah tindakan, sedangkan pada teori dianjurkan
mencuci tangan.
- Petugas
tidak menggunakan handscoon dalam pelaksanaan tindakan, sedangkan pada
teori dianjurkan memakai handscoon.
BAB V
PENUTUP
- Kesimpulan
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC, ketahanan terhadap penyakit TB (tuberkulosis)
berkaitan dengan keberadaan virus tubercle
bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan
aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, yaitu vaksin
BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
BCG cukup diberikan 1 kali
saja pada umur 0 - 2 bulan, tak perlu
diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang
dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga
memerlukan pengulangan. Diberikan 1/3 lengan kanan atas sebanyak 0,05 cc secara
intracutan (IC) yaitu suatu
tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit
atau intra dermis, yang dilakukan pada An. A umur 2 bulan dengan
imunisasi BCG di ruang KIA di Puskesmas Karangdoro Semarang.
- Saran
1.
Tenaga
Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan mampu mengembangkan
diri dalam praktek pelayanan kesehatan.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan
dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dan menambah literatur.
3. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memantapkan
pengetahuan dan skill dalam praktek pelayanan kesehatan.