hari ini, jam ini, menit ini, detik ini hatiku rasanya sakit, sakit sekali...
sama seperti waktu dulu meski lebih sakit dahulu, namun rasa sakit ini hampir sama seperti dahulu... yah.. dahulu, ketika semua kata - kata itu terngiang ditelingaku.
Sabtu, 10 Januari 2015
jika kamu hai semua laki - laki di dunia, jika kamu tidak ingin wanitamu berkata kasar maka janganlah kamu berkata kasar padanya, didepannya, untuknya....
jika kamu hai semua laki - laki di dunia, jika kamu ingin wanitamu selalu menyayangimu dengan lembut maka sayangilah wanitamu dengan lembutnya hatimu....
jika kamu hai laki - laki di dunia, jika kamu merasa sebagai leki - laki yang mempunyai peran sebagi kepala rumah tangga dan suami yang baik maka tuntunlah istri dan anakmu sebaik - baiknya.
berikan contoh yang baik.
jika kamu hai semua laki - laki di dunia, jika kamu ingin wanitamu selalu menyayangimu dengan lembut maka sayangilah wanitamu dengan lembutnya hatimu....
jika kamu hai laki - laki di dunia, jika kamu merasa sebagai leki - laki yang mempunyai peran sebagi kepala rumah tangga dan suami yang baik maka tuntunlah istri dan anakmu sebaik - baiknya.
berikan contoh yang baik.
manusiawi.....
rasa sakit, kecewa, lara, terluka, derita akan selalu membekas dan butuh waktu lama untuk melupakan tapi walaupun sudah terlupakan bukan berarti akan hilang, karna semua rasa itu tetap ada..
manusiawi...
rasa bahagia, senang, gembira akan selalu membekas pula dan takkan terlupakan bahkan tidak ingin melupakan, tapi tidak memungkiri semua rasa tersebut tidak lebih tajam dari rasa sakit, kecewa, lara dan terluka......
rasa sakit, kecewa, lara, terluka, derita akan selalu membekas dan butuh waktu lama untuk melupakan tapi walaupun sudah terlupakan bukan berarti akan hilang, karna semua rasa itu tetap ada..
manusiawi...
rasa bahagia, senang, gembira akan selalu membekas pula dan takkan terlupakan bahkan tidak ingin melupakan, tapi tidak memungkiri semua rasa tersebut tidak lebih tajam dari rasa sakit, kecewa, lara dan terluka......
LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR
KELUARGA BERENCANA
PADA NY. P P1A0 UMUR 21 TAHUN CALON AKSEPTOR KB PIL
PROGESTIN
DI BPM NY. HJ. THOIFFAH SUGENG Am. Keb . SKM Jl. SERUNI
IV NO 1 TLOGOSARI SEMARANG
PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI III
Diajukan sebagai salah satu
syarat mengikuti
Tugas Akhir
Oleh
Lina Fathma
121150
AKADEMI
KEBIDANAN ABDI HUSADA
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul: ”ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB PADA Ny. P P1A0 UMUR 21
TAHUN CALON AKSEPTOR KB PIL PROGESTIN DI BPM Hj. Thoiffah Sugeng Am. Keb, SKM
Jl SERUNI IV NO 1 TLOGOSARI SEMARANG”
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan
studi kasus ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
sampaikan terimakasih kepada :
1.
Dra. Tatik Indrawati,
S, SiT, M.Kes selaku Direktur
Akademi Abdi Husada Semarang
2. Dewi Elliana SKM,
M.Kes selaku
Pembimbing Institusi yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan laporan studi kasus ini dapat selesai.
3.
Hj. Thoiffah Sugeng, Am.Keb, SKM selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak memberikan
bimbingan dan dukungan dalam penyusunan laporan studi kasus ini dapat selesai
4. Seluruh
dosen dan staf Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang yang telah memberi
motivasi dan dukungan dalam penyusunan laporan
studi kasus ini.
5. Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan, dana serta do'a yang tiada hentinya.
6. Semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan laporan studi kasus
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan studi kasus ini, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaannya.
Dengan segala kerendahan hati penulis berharap
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Semarang, November
2014
Penulis
BAB I
TINJAUAN TEORI
A.
Keluarga Berencana
1. Pengertian
Pengertian keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP) dengan kematangan reproduksi pada perempuana usia 20
tahun keatas dan laki – laki umr 25 tahun keatas, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera.
2. Tujuan
Program KB
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan
visi dan misi program KB di muka adalah “membangun kembali dan melestarikan
pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat di masa
mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas dapat tercapai.”
Sedangkan tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi
perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat/ angka kematian ibu, bayi dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga
kecil berkualitas.
3. Sasaran
Program KB
a. Menurunnya
rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
b. Menurunnya
angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
c. Menurunnya
PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6
persen.
d. Meningkatnya
pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
e. Meningkatnya
penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
f. Meningkatnya
rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
g. Meningkatnya
partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
h. Meningkatnya
jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha
ekonomi produktif.
i. Meningkatnya
jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional
4. Ruang
Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB
meliputi :
a. Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE)
b. Konseling
c. Pelayanan
Kontrasepsi
d. Pelayanan
Infertilitas
e. Sex
education
f. Konsultasi
pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
g. Konsultasi
genetik
h. Tes
keganasan
i. Adopsi
B.
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
1. Tujuan KIE
a. Meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru
b. Membina
kelestarian peserta KB
c. Meletakkan
dasar bagi mekanisme sosio cultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses
penerimaan
2. Jenis Kegiatan
KIE
a. KIE
Massa
b. KIE
Kelompok
c. KIE
Perorangan
3. Prinsip
Langkah KIE
Prinsip yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan KIE adalah :
a. Memperlakukan
klien dengan sopan, baik dan ramah
b. Memahami,
menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan, social ekonomi dan
emosi) sebagaimana adanya.
c. Memberikan
penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
d. Menggunakan
alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari – hari.
e. Menyesuaikan
isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu.
C.
Konseling Pada Keluarga Berencana
1. Pengertian
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan
interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu klien
mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang
paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.
Konseling Kontrasepsi : komunikasi tatap muka
dimana satu pihak membantu pihak lain untuk mengambil keputusan dan
melaksanakan keputusan tersebut.
Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila
seseorang telah termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan
konseling.
2. Tujuan
Tujuan dalam pemberian
konseling keluarga berencana antara lain :
a. Meningkatkan
penerimaan
b. Menjamin
pilihan yang cocok
c. Menjamin
penggunaan cara yang efektif
d. Menjamin
kelangsungan yang lama
3. Jenis
Konseling
a. Konseling
KB Awal atau Pendahuluan
Dilakukan pada mereka
yang sama sekali belum tahu KB.
b. Konseling
KB Pemilihan Cara
Dilakukan pada mereka
yang sudah mengerti namun butuh pertolongan atau bantuan memilih cara atau
metode kontrasepsi keluarga berencana.
c. Konseling
KB Pemantapan
Dilakukan untuk mereka
yang sudah memahami dan akan menggunakan alat kontrasepsi.
d. Konseling
KB Pengayoman
Dilakukan pada mereka
yang sudah memakai alat kontrasepsi.
e. Konseling
KB Perawatan /Pengobatan
Dilakukan pada mereka
yang mengalami keluhan, kegoncangan emosi akibat memakai alat kontrasepsi.
4. Langkah
– langkah dalam Konseling
Dalam memberikan
konseling, khususnya bagi calon KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam
langkah yaitu SATU TUJU. Namun dengan penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu
dilakukan secara berurutan karena petugas kesehatan harus menyesuaikan diri
dengan kebutuhan klien, langkah – langkah tersebut antara lain :
a. SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka
dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat
yang nyaman serta terjamin privasinya, Bangun percaya diri pasien. Dan tanyakan
apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
b. T : Tanyakan pada klien informasi tentang
dirinya. Bantu klien pengalaman tentang KB, kesehatan reproduksi dan Tanyakan
kontrasepsi yang ingin digunakan.
c. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya
dan bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan
jenis yang lain.
d. TU : Bantu klien berfikir apa yang sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya dan Tanyakan apakah pasangan mendukung
pilihannya.
e. J : Jelaskan secara lengkap bagaiman
menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya,
jelaskan bagaimana penggunaannya dan jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi.
f. U : Kunjungan Ulang. Perlu dilakukan
kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan dan apabila terjadi suatu masalah.
D.
Oral Kontrasepsi Pil Progestin
1.
Pengertian
Pil progestin (mini pil) adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon steroid
(progesteron sintetis saja) yang digunakan per oral.
( Hidayati, 2009)
2.
Cara kerja pil
progestin (mini pil)
a.
Menekan ovulasi.
b.
Mencegah implantasi.
c.
Mengentalkan
serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
d.
Mengubah motilitas ruba
sehingga transportasi sperma terganggu.
3.
Jenis pil progestin (mini pil)
a.
Kemasan dengan isi 35
pil: 300 gµ levonorgestrel atau 350 µg noretindron.
b.
Kemasan dengan isi
28 pil: 75 µg desogestrel.
4.
Contoh pil
progestin (mini pil)
a.
Exluton mengandung
0,5 mg linestrenol.
b.
Femulen mengandung
0,5 mg diassetat.
c.
Ourette, noegest
mengandung 0,5 mg norgeestrel.
5.
Keuntungan pil
progestin (mini pil)
a.
Keuntungan
kontrasepsi.
1)
Sangat efektif bila
digunakan secara benar.
2)
Sangat efektif pada
masa laktasi.
3)
Tidak mengganggu
hubungan seksual.
4)
Tidak mempengaruhi
ASI.
5)
Kesuburan cepat
kembali.
6)
Sedikit efek
samping.
7)
Dosis rendah.
8)
Nyaman dan mudah
digunakan.
9)
Dapat dihentikan
setiap saat.
10) Tidak mengandung estrogen.
b.
Keuntungan
non-kontrasepsi.
1)
Mengurangi nyeri
haid.
2)
Mengurangi jumlah darah
haid.
3)
Menurunkan tingkat
anemia.
4)
Mencegah kanker
endometrium.
5)
Melindungi dari
penyakit radang panggul.
6)
Tidak meningkatkan
pembekuan darah.
7)
Dapat diberikan
pada penderita endometriosis.
8)
Kurang menyebabkan
peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi.
9)
Dapat mengurangi
keluhan premenstrual sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara,
nyeri pada betis, lekas marah).
6.
Kerugian pil
progestin (mini pil)
a.
Hampir 30-60 %
mengalami gangguan haid (spotting, amenorea).
b.
Peningkatan atau
penurunan berat badan.
c.
Meningkatkan nafsu
makan.
d.
Harus digunakan
setiap hari dan pada waktu yang sama.
e.
Bila lupa satu pil
saja, kegagalan menjadi lebih besar.
f.
Payudara menjadi
tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat.
g.
Resiko kehamilan
ektopik cukup tinggi.
h.
Efektifitasnya
menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat
epilepsi.
i.
Tidak melindungi
diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.
7.
Indikasi pil
progestin (mini pil)
a.
Usia reproduksi,
baik yang sudah mempunyai anak ataupun yang belum mempunyai anak.
b.
Memiliki masalah
dengan pembekuan darah seperti trombositosis yaitu peningkatan jumlah trombosit.
c.
Pascapersalinan dan
menyusui.
d.
Pascakeguguran.
8.
kontraindikasi pil
progestin (mini pil)
a.
Hamil/ diduga
hamil.
b.
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c.
Tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid.
d.
Menggunakan obat
tuberkulosis atau epilepsi.
e.
Kanker payudara
atau riwayat kanker payudara.
f.
Sering lupa
menggunakan pil.
g.
Mioma uterus.
h.
Riwayat stroke.
9.
Efek samping pil
Progestin
a.
Amenore.
b.
Mual, pusing atau
muntah.
c.
Berjerawat (acne).
d.
Spotting.
e.
Penambahan berat
badan.
10.
Cara pemakaian pil
Progestin (mini pil)
a. Minum pil pertama pada hari 1-5 siklus menstruasi.
b. Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
c. Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan
dan tidak menstruasi, mini pil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh,
tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan karena sudah menggunakan metode
kontrasepsi MAL (metode amenore laktasi) yang merupakan alat kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian air susu ibu (ASI).
d. Bila lupa 1 atau 2 pil, minum segera pil yang terlupa dan
gunakan metode pelindung sampai akhir bulan. Bila terlambat lebih dari 3 jam,
minumlah pil tersebut begitu ingat.
e. Walaupun belum menstruasi, mulailah paket baru sehari
setelah paket terahir habis.
E.
Konsep
Teori Menurut Hellen Varney
Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam
manajemen kebidanan yaitu :
1. Langkah 1 : Tahap
Pengumpulah Data Dasar
Pada langkah
pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara :
a. Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata,
riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan
nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
1)
Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )
2)
Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru
serta catatan sebelumnya ).
Tahap ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data
sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data
yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
2. Langkah 2 : Interpretasi
Data Dasar
Pada langkah ini
dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi
atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena
masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosis.
Diagnosis
kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan
dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar
nomenklatur diagnosis kebidanan :
a.
Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b.
Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c.
Memiliki cirri khas kebidanan.
d.
Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
e.
Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
3. Langkah 3 : Mengidentifikasi
Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini
bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang
aman.
Pada langkah
ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak
hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga
langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau
logis.
Kaji ulang
apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
4. Langkah 4 : Menetapkan
Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu
wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru
mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru
mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga
bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia, kelainan panggul, adanya
penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi
tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau
seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus
mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Kaji ulang
apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
5. Langkah 5 : Menyusun Rencana
Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini
direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang
tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap
wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek
asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan
bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan
yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
6. Langkah 6 : Pelaksanaan
Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah
keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di
mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya
serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Kaji ulang
apakah semua rencana asuhan telah
dilaksanakan.
7. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah
ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang
tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian
terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah
proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran
yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses
manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen
ini dievaluasi dalam tulisan saja
F.
Penerapan
Menejemen Kebidanan Varney
1.
Pengkajian
`Pengkajian
adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada
pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang klien dikumpulkan
dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Data ini
difokuskan pada :
a.
Data Subjektif
1)
Biodata
a)
Nama : Dikaji dengan nama
jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan dalam melaksanakan tindakan.
b)
Umur : Dikaji untuk mengetahui dan memberikan perencanaan keluarga pada
pasien dengan tepat sesuan 3 fase perencanaan KB
c)
Agama : Untuk
mengetahui keyakinan yang dianut klien Sehingga dapat mempermudah dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
d)
Suku/bangsa : Untuk
mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang dianut pasien sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
e)
Pendidikan : Pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui
tingkat kemampuan klien. Karena pendidikan mempengaruhi sikap perilaku
kesehatan seseorang.
f)
Alamat : Untuk
mengetahui pasien tinggal dimana
2)
Keluhan Pasien
Dikaji keluhan pasien yang berhubungan dengan penggunaan KB.
3)
Riwayat Kesehatan
Pasien
Hal ini perlu dikaji
untuk mengetahui apakah pasien
pernah menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi hipertensi,
jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus, riwayat penyakit/ trauma
tulang punggung.
4)
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Hal ini perlu
dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat penyakit
keturunan meliputi penyakit hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan
riwayat keturunan kembar.
5)
Riwayat Obstetri
a)
Riwayat haid
Dikaji menarche
pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid, dismenorhea atau
tidak, flour albus atau tidak
b)
Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah
berapa lama pasien
menikah, sudah berapa kali pasien menikah, berapa umur pasien dan suami pada saat
menikah, sehingga dapat diketahui apakah pasien
masuk dalam infertilitas sekunder atau bukan..
c)
Riwayat persalinan
yang lalu
Jika ia pernah melahirkan, apakah
ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi atau tidak.
d)
Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah
ibu sudah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB pil dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.
e)
Pola kehidupan
sehari-hari
(1) Pola
nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan
dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan atau terdapatnya alergi.
(2) Pola
eliminasi
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB
dan BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari
(3) Pola
istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola tidur
serta lamanya tidur.
(4) Pola
seksual
Dikaji apakah ada gangguan atau
keluhan dalam hubungan seksual.
(5) Pola
aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien
sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.
(6) Pola
personal hygiene masalah dan lingkungan
Mandi berapa kali, gosok gigi
berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana kebersihan lingkungan apakah
memenuhi syarat kesehatan.
f)
Data
pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan usaha yang akan dilakukan ibu, mengenai
jenis – jenis alat kontrasepsi, manfaat dan efek samping.
g)
Data Psikologis
Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui keadaan psikologi ibu sehubungan dengan hubungan pasien dengan suami, keluarga, dan tetangga. Dan
bagaimana pandangan suami dengan alkon yang dipilih apakah mendapat dukungan
atau tidak.
b.
Data Objektif
1)
Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji
keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan
ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya, Sehingga
bidan dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan medis pada pasien.
2)
Status Present
a)
Kepala
Periksa keadaan kepala dan kulit
kepala, distribusi rambut rontok atau tidak.
b)
Mata
Untuk mengetahui konjungtiva anemis
atau tidak, sklera ikterik atau tidak, dan untuk mengetahui kelopak mata cekung
atau tidak.
c)
Hidung
Diperiksa untuk mengetahui ada
polip atau tidak.
d)
Mulut
Diperiksa untuk mengetahui apakah
ada stomatitis atau tidak. Dan
ada caries dentis atau tidak.
e)
Telinga
Diperiksa untuk mengetahui apakah
ada tanda-tanda infeksi telinga seperti OMA atau OMP.
f)
Leher
Diperiksa apakah ada pembesaran
kelenjar tyroid atau tidak.
g)
Ketiak
Untuk mengetahui apakah ada
pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
h)
Dada
Untuk mengetahui dada simetris atau
tidak, ada retraksi dinding dada saat respirasi atau tidak.
i)
Mammae
Apakah ada kelainan pada bentuk payudara
seperti benjolan abnormal atau tidak.
j)
Abdomen
Diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada daerah abdomen atau tidak.
k)
Pinggang
Untuk mengetahi adanya nyeri tekan
waktu diperiksa atau tidak.
l)
Genitalia
Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba adanya infeksi
kelenjar batholini dan kelenjar skene atau tidak.
m) Punggung
Periksa apakah ada kelainan tulang
punggung atau tidak.
n)
Anus
Apakah pada saat inspeksi ada
hemoroid atau tidak.
o)
Ekstremitas
Diperiksa apakah ada varises atau
tidak , apakah ada odem dan kelainan atau tidak.
2.
Interpretasi data untuk
mengidentifikasi diagnosa/ masalah
Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa
diagnosa kebidanan, masalah dan keadaan
pasien.
a.
Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang dapat ditegakan
adalah diagnosa yang berkaitan dengan para, abortus , umur ibu, dan kebutuhan
Dasar dari diagnosa tersebut :
1)
Pernyataan pasien
mengenai identitas pasien
2)
Pertanyaan mengenai
jumlah persalinan
3)
Pernyataan pasien
mengenai pernah atau tidak mengalami abortus.
4)
Pernyataan pasien mengenai kebutuhannya
5)
Pertanyaan pasien
mengenai keluhannya
6)
Hasil pemeriksaan :
a)
Pemeriksaan keadaan umum pasien
b)
Pemeriksaan status
emosional pasien
c)
Pemeriksaan
kesadaran pasien
d)
Pemeriksaat tanda –
tanda vital pasien
b.
Masalah
Tidak ada
3.
Diagnosa Potensial
Tidak ada
4.
Antisipasi Masalah
Tidak ada
5.
Perencanaan /Intervensi
Lakukan komunikasi
terapiutik pada pasien dan merencanakan asuhan
kebidanan sesuai dengan kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan yang
rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai langkah selanjutnya. Perencanaan berkaitan
dengan diagnose kebidanan, masalah
dan kebutuhan.
a.
Berkaitan dengan
diagnose kebidanan
1)
Pemberian informasi
tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien
2)
Pemberian informasi
tentang indikasi dan kontraindikasi
3)
Pemberian informasi
tentang keuntungan dan kerugian.
4)
Pemberian informasi
tentang cara penggunaan
b.
Berkaitan dengan
masalah
Pemberian informasi mengenai proses atau cara kerja pil progestin.
6.
Pelaksanaan/
Implementasi
Pelaksanaan
bertujuan untuk mengatasi diagnose kebidanan, masalah pasien sesuai rencana
yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara sistematis,
agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan baik dan melakukan follow up.
a.
Memberikan informasi tentang hasil
pemeriksaan keadaan pasien
b.
Memberikan informasi
tentang indikasi dan kontraindikasi
c.
Memberikan informasi
tentang keuntungan dan kerugian
d.
Memberikan
informasi tentang cara penggunaan
7.
Evaluasi
Langkah
ini merupakan langkah terakhir dari semua
tindakan guna mengetahui apa yang telah dilakukan
bidan, apakah implementasi sesuai dengan perencanaan dan harapan dari asuhan
kebidanan yang diberikan.
a.
Pasien mengetahui
tentang kondisinya
b.
Pasien mengetahui
tentang indikasi dan kontraindikasi KB pil progestin
c.
Pasien mengetahui
tentang keuntungan dan kerugian KB Pil progestin
d.
Pasien mengetahui
tentang cara penggunaan KB pil progestin.
BAB
II
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB
Ny
P P1A0 UMUR 21 TAHUN CALON AKSEPTOR
KB PIL PROGESTIN
DI
BPM Hj.
THOIFFAH
SUGENG,
Am.Keb, SKM JL. SERUNI IV NO 1 TLOGOSARI SEMARANG
Tempat Praktek: BPM
Hj.
Thoiffah
Am.Keb Nama Mahasiswa : Lina fatma
Tanggal Masuk :
05 November
2014 Tingkat/ Semester : III/ V
I.
PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Identitas/ Biodata
Nomer RM :
Nama Ibu :
Ny P Nama Suami :
Tn. H
Umur : 21 tahun Umur : 25
tahun
Pendidikan :
SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Swasta Pekerjaan : Swasta
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa :
Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : JL. Kamiluto raya 16 Tlogosari Semarang
Anamnesa pada tanggal 05 November 2014 pukul 20.00
WIB
1.
Alasan datang : Ibu ingin
menggunakan KB pil setelah 1 bulan melahirkan
2.
Keluhan Utama : Tidak
ada keluhan.
3.
Riwayat kesehatan :
a.
Riwayat kesehatan
sekarang
Ibu
menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, hepatitis),
menurun (DM,hipertensi, asma), menahun (jantung, ginjal)
b.
Riwayat kesehatan
yang lalu
Ibu
menyatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC,
hepatitis) menurun seperti (hipertensi, DM, Asma) dan menahun
seperti (jantung , ginjal)
c.
Riwayat kesehatan
keluarga
Ibu
menyatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, hepatitis), menurun
(DM, hipertensi), menahun (jantung, ginjal)
Riwayat
Obstetri
1.
Riwayat menstruasi :
a.
Menarche : 13
tahun Siklus : ± 28 hari
b.
Lama : ± 7 hari Jumlah : 2-3 x ganti pembalut /hari
c.
Warna : Merah darah
Keluhan : tidak ada
2.
Riwayat Perkawinan :
a.
Umur waktu nikah : 20 tahun
b.
Lama : 1 tahun
c.
Perkawinan ke : 1
d.
Jumlah anak : 1
3.
Riwayat Kehamilan,
Persalinan dan Nifas yang lalu :
Hamil Ke
|
Penyulit/ komplikasi
|
Tgl Lahir Anak
|
Jenis Kelamin Anak
|
Jenis Persalinan
|
Penolong
|
BB lahir
|
Keadaan Anak
|
Nifas
|
1
|
Tidak ada
|
Oktober
20014
|
♂
|
Spontan
|
Bidan
|
2800 gr
|
Sehat
|
Normal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
Riwayat KB :
Jenis
|
Lama penggunaan
|
Keluhan
|
Alasan berhenti
|
Dahulu : belum pernah KB
Rencana: KB pil progestin
|
-
|
-
|
-
|
5.
Pola Pemenuhan
Kebutuhan Sehari-hari :
Kebutuhan
|
Frekuensi
|
Keluhan
|
Nutrisi :
§ Makan
§ Minum
|
Makan 3x/ hari dengan nasi porsi sedang,
lauk pauk dan sedikit sayur.
Minum 6- 7 gelas per hari
|
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
|
Eliminasi :
§ BAK
§ BAB
|
Ibu BAK 4 – 6 x /hari
Ibu BAB 1x /hari
|
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
|
Istirahat
|
8 – 9 jam /hari
|
Tidak ada keluhan
|
Aktifitas
|
Melakukan aktifitas rumah tangga
|
Tidak ada keluhan
|
Personal Hygiene
|
Mandi 2x/hari , gosok gigi 2x/hari, ganti baju
2x/hari, ganti celana dalam 3x/hari
|
Tidak ada keluhan
|
Rekreasi
|
1 bulan sekali
|
Tidak ada keluhan
|
Pola seksual
|
± 1x /minggu
|
Tidak ada keluhan
|
6.
Data Psikologis :
Klien mengatakan senang karena telah memiliki
anak dan sekarang dia ingin berKB untuk menunda kehamilannya
7.
Data Sosial – Budaya :
a.
Hewan peliharaan : ibu
menyatakan tidak memiliki hewan peliharaan.
b.
Lingkungan : ibu
menyatakan lingkungan rumahnya bersih, nyaman dan tidak kumuh.
c.
Hubungan dengan suami
dan/ keluarga : ibu menyatankan
hubungannya dengan keluarga dan suami harmonis, saling menyayangi
d.
Adat istiadat : ibu
menyakan tidak menganut adat istiadat yang ada dalam keluargannya
8.
Data Spiritual : ibu menyatakan beragama islam
menjalankan sholat 5 waktu sesuai dengan kepercayaannya
9.
Pengetahuan Ibu :
a.
Tentang jenis alat kontrasepsi : ibu mengetahui jenis kontrasepsi antara lain pil,
suntik, IUD dan steril.
b.
Tentang efek samping : ibu menyatakan jika memakai KB pil dan suntik dapat menyebabkan kegemukan,
kalau memakai IUD akan mengalami ketidaknyamanan saat berhubungan suami istri
dan kalau melakukan steril dia tidak kan hamil lagi
c.
Tentang manfaat kontasepsi : ibu menyatakan jika memakai alat kontrasepsi dapat
menunda kehamilan
B.
Data
Obyektif
1.
Pemeriksaan
umum
a.
Keadaan Umum : Baik
b.
Kesadaran :
Composmenthis
c.
Status emosional :
Stabil
d.
Tanda vital
1)
Tensi : 110/80 mmHg
2)
Nadi : 84x/ menit
3)
RR : 22x/ menit
4)
Suhu : 36,7ºC
5)
BB : 59 kg
e.
Status present
1)
Kepala : Mesochepal
a)
Rambut : distribusi merata, tidak rontok dan kulit
kepala tidak ketombe
b)
Muka : tidak ada oedema, tidak pucat
c)
Mata : conjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik
d)
Hidung :
bersih, tidak ada polip
e)
Telinga : tidak
ada serumen, simetris
f)
Mulut : tidak ada caries dentis, stomatitis dan gigi
berlubang
2)
Leher :
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
3)
Dada :
simetris, tidak ada retraksi dinding dada
4)
Mammae :
simetris, tidak ada benjolan abnormal
6)
Perut
: tidak ada pembesaran hati dan
limfa
7)
Pinggang : tidak ada nyeri tekan
8)
Genetalia :
bersih, tidak ada varises
9)
Anus :
tidak ada hemoroid
10)
Ekstremitas
a)
Atas : tidak
ada oedema, tidak pucat, tugor baik, jari – jari lengkap
b)
Bawah : tidak
ada oedema, varises, tidak pucat, tugor baik
2.
Pemeriksaan
Penunjang/ laboratorium
a.
Protein urine : Tidak dilakukan
b.
HB : Tidak dilakukan
II.
INTERPRETASI
DATA DASAR
Ny P P1A0 Umur 21 tahun calon akseptor KB pil progestin
Dasar
:
DS
:
a.
Ibu menyatakan bernama Ny. P dan berumur 21 tahun
b.
Ibu menyatakan sekarang ia masih menyusui anaknya.
c.
Ibu menyatakan ingin menggunakan KB Pil
Progestin untuk menunda kehamilannya dan tidak menghambat produksi ASInya.
d.
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit yang mengharuskan dia untuk
minum obat yang dapat mengganggu penyerapan pil progestin.
DO :
a.
KU
: Baik
b.
Kesadaran : composmentis
c.
TTV :
1)
Tensi : 110/80 mmHg
2)
Nadi : 84x/ menit
3)
BB sekarang : 59 kg
4)
RR : 22x/ menit
5)
TB :
156 cm
6)
Suhu : 36,7ºC
III.
IDENTIFIKASI
MASALAH/ DIAGNOSA POTENSIAL
-
IV.
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN TINDAKAN
SEGERA
-
V.
PERENCANAAN
1.
Beritahu ibu tentang
hasi pemeriksaan.
2.
Beritahu kepada ibu
bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI.
3.
Beritahu kepada ibu
tentang indikasi dan kontraindikasi dari KB pil Progestin
4.
Beritahu kepada ibu
tentang keuntungan dan kerugian dari KB Pil Progestin.
5.
Beritahu kepada ibu
tentang cara meminumnya
6.
Lakukan informed
consent dengan ibu jika ibu setuju menggunakan KB Pil Progestin
7.
Anjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi ( pil sudah habis) atau jika ada
keluhan.
VI.
IMPLEMENTASI
1.
Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, setelah dilakukan
pemeriksaan tidak ada kontraindikasi pada ibu untuk menggunanakan KB Pil Progestin.
2.
Memberitahu kepada ibu bahwa pil KB progestin tidak
menghambat produksi ASI karena pil KB ini tidak memberikan efek samping
estrogen (hormon wanita) yaitu hormon
yang dapat mempengaruhi produksi ASI.
3.
Memberitahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi
KB pil progestin, yaitu :
a.
Indikasi pil
progestin (mini pil)
1)
Usia reproduksi,
baik yang sudah mempunyai anak ataupun yang belum mempunyai anak
2)
Memiliki masalah
dengan pembekuan darah seperti trombositosis yaitu peningkatan jumlah trombosit.
3)
Pascapersalinan dan
menyusui
4)
Pascakeguguran
b.
kontraindikasi pil
progestin (mini pil)
1)
Hamil/ diduga
hamil.
2)
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3)
Tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid.
4)
Menggunakan obat
tuberkulosis atau epilepsi
5)
Kanker payudara
atau riwayat kanker payudara
6)
Sering lupa
menggunakan pil
7)
Mioma uterus
8)
Riwayat stroke
4.
Memberitahu ibu tentang keuntungan dan kekurangan dari KB
Pil Progestin:
a.
Keuntungan
1)
Sangat efektif bila digunakan secara benar.
2)
Tidak akan mengganggu hubungan suami istri.
3)
Tidak mempengaruhi produksi ASI.
4)
Kesuburan cepat kembali.
5)
Nyaman dan mudah digunakan.
6)
Sedikit efek samping.
7)
Dapat dihentikan setiap saat.
b.
Kekurangan
1)
Akan mengalami gangguan haid.
2)
Peningkatan atau penurunan berat badan.
3)
Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
4)
Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi besar.
5)
Payudara menjadi tegang, mual, pusing dan kadang timbul
jerawatr.
6)
Tidak efektif jiga diminum bersamaan dengan obat lain
seperti obat TBC dan epilepsi.
5.
Memberitahu kepada ibu tentang cara meminum KB pil
progestin, yaitu :
a.
Mulai hari 1-5 siklus haid.
b.
Diminum setiap hari pada saat yang sama.
c.
Bila ibu minum pilnya terlambat lebih dari 3 jam,
minumlah pil tersebut begitu ingat, dan gunakan metode pelindung selama 48 jam.
d.
Bila ibu lupa 1-2 pil minumlah segera pil yang terlupa
dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.
6.
Melakukan informed consent yaitu persetujuan tertulis
yang dilakukan oleh bidan dan ibu sebagai bukti bahwa ibu telah setuju memakai
kontrasepsi tersebut dan sebagai bukti jika terjadi suatu hal di kemudian hari.
7.
Memberikan 1 paket KB Pil Progestin kepada ibu.
8.
Menganjurkan kepad ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1
bulan lagi (pil sudah habis) atau jika ada keluhan.
VII.
EVALUASI
1.
Ibu mengetahui kondisinya dalm keadaan baik sehingga ia diperbolehkan untuk
menggunanakan KB Pil Progestin.
2.
Ibu mengerti bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI.
3.
Ibu mengerti tentang indikasi dan kontraindikasi KB Pil
Progestin.
4.
Ibu mengerti tentang keuntungan dan kerugian KB Pil
Progestin.
5.
Ibu mengerti tentang cara meminum KB Pil Progestin.
6.
Bidan dan ibu telah melakukan informed consent tentang
penggunaan KB Pil Progestin.
7.
KB Pil progestin telah ibu dapat.
8.
Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (pil sudah habis) atau jika ada keluhan.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada teori Asuhan Kebidanan pada Akseptor keluarga berencana pil progestin yang
diberikan yaitu anamnesa (meliputi identitas pasien dan, keluhan utama, riwayat
kesehatan, riwayat persalinan,
pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari, kehidupan sosial budaya, pengetahuan pasien tentang alat kontrasepsi menurut
pasien, psikologi pasien), dan pemeriksaan
fisik pasien (meliputi keadaan umum, kesadaran, status emosional, TTV, dan head
to toe).
Pada pelaksanaan
Asuhan Kebidanan Akseptor KB Pil
Progestin Pada Ny.
P P1A0
umur 21
tahun di BPM Hj. Thoiffah Sugeng Am.Keb, SKM Tlogosari Semarang, asuhan yang diberikan yaitu
anamnesa (meliputi identitas pasien dan keluhan utama, riwayat
kesehatan, riwayat persalinan,
pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari, kehidupan sosial budaya, pengetahuan pasien,
psikologi pasien),
dan pemeriksaan fisik pasien (meliputi keadaan umum, kesadaran, status
emosional, TTV, dan head to toe) dan dilakukannya
komunikasi, informasi dan edukasi tentang metode yang diinginkan, indikasi,
kentungan dan kerugian dan fasilitas layanan. Berdasarkan
pengkajian data didapatkan Ny.
P P1A0 umur 21 tahun dengan calon akseptor KB Pil Progestin.
Pelaksanaan Asuhan Asuhan Kebidanan Akseptor KB Pil Progestin
Pada Ny. P P1A0
umur 21 tahun di BPM Hj.
Thoiffah Sugeng Am.Keb, SKM Tlogosari Semarang
sudah sesuai dengan manajemen kebidanan 7 langkah varney. Pengkajian dan
pemeriksaan yang dilakukan sudah lengkap dan akurat, sehingga data yang
dianalisis menghasilkan diagnosa yang tepat. Dan dengan diagnosa yang tepat
dapat merencanakan dan melakukan asuhan secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Ratna, Metode dan Teknik Penggunaan Alat
Kontrasepsi, Salemba Medika, Jakarta, 2009
Novita, Dyah, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini,
NUMED, Jogjakarta, 2009
Prawirohardjo, S.,
2010, Ilmu Kebidanan, YBPSP. Jakarta
Varney, Helen dkk, Buku Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta,
2007