MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI
BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA AKHIR
Dosen Pengampu : Widyah Setyowati S.SiT
Disusun Oleh :
LINA FATHMA
(121150)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan
kesejahteraan fisik, mental, dan social secara lengkap dan bukan hanya adanya
penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan system
reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesnya. Menurut Departemen Kesehatan RI yaitu suatu keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi
serta proses reproduksi dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi
yang bebas dari penyakit, melainkan juga baigaimana seseorang dapat memiliki
seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi yang sehat yang
menyangkut system, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan sebagai suatu keadaan sehat
jasmani, psikologis, dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses
sistem reproduksi pada remaja. Pengertian sehat tersebut tidak semata-mata
berarti terbebas dari penyakit atau permasalahan, namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural. Pada masa ini
seorang anak mengalami kematangan biologis. Kondisi ini dapat menempatkan
remaja pada kondisi yang rawan bila mereka tidak dibekali dengan informasi yang
benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Pengertian kesehatan reproduksi
Pengertian tentang remaja
Apa yang dimaksud dengan remaja dalam
konsep kesehatan reproduksi
Dampak permasalahan remaja tentang
merokok yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja tersebut
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
Untuk mengetahui dampak dari bahaya merokok terhadap
kesehatan reproduksi pada remaja akhir
D.
Metode Penulisan
1.
Literatur
Cara
pengumpulan data dengan cara study pustaka sesuai dengan sumber-sumber yang ada
dan yang terkait dengan kompetensi kebidanan.
2.
Internet
Cara
pengumpulan data dengan membuka beberapa website / alamat situs.
3.
Referensi ( Kepustakaan )
Cara
pengumpulan data dengan mengumpulkan data dari buku pedoman yang berhubungan
dengan materi yang dibahas.
E. Manfaat
Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu :
Penulis mendapatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang salah satu masalah remaja mengenai dampak merokok bagi kesehatan
reproduksi remaja akhir
Pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman
tentang salah satu masalah remaja mengenai dampak merokok bagi kesehatan
reproduksi remaja akhir
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
a) Kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi menurut
WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya atau suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses
reproduksinya secara sehat dan aman.
Pengertian lain kesehatan
reproduksi dalam Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, yaitu
kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem
reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas
dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi.,
2008).
b) Remaja
Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun.
Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka
yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum
muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun.Dalam program BKKBN disebutkan
bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Menurut Hurlock
(1993), masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf mencari
identitas diri dan merupakan periode yang paling berat.
Masa remaja adalah masa
transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosidan psikis. Masa
remaja adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan
sering disebut masa peralihan. Masa remaja merupakan periode peralihan dari
masa anak ke masa dewasa.
c) TumbuhKembang Remaja
Tumbuh kembangnya seorang remaja menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual. Semua remaja akan melewati tahapan berikut :
Masa remaja
awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan
teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya.
Masa remaja
pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16 tahun.
Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul
keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang
mendalam.
Masa remaja
lanjut (late adolescence) : umur 17 – 20 tahun.
Dengan ciri
khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,mempunyai
citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan
diri.
Tahapan ini mengikuti pola
yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai
ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh
kembang berjalan secara berkesinambungan.Terdapat ciri yang pasti dari
pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan massa tulang, otot, massa
lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis
kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya berbeda.
Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan,
namun seringkali perubahan itu hanya
merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan
sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun
satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi
oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan pada berbagai dimensi kehidupan
dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja,
maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada
dimensi-dimensi tersebut.
Dimensi Biologis
Pada saat
seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama
pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis
dia mengalami perubahan yang sangat besar
Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki
kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa
pubertas, hormon seorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (
gonadotrophis atau gonadotrophic hormones ) yang berhubungan dengan pertumbuhan
yaitu :
Follicle-Stimulating Hormone (FSH)
Luteinizing Hormone (LH)
Pada anak
perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan
progesteron, dua jenis hormon wanita. Pada anak laki – laki luteinizing hormone
yang juga dinamakan interstitial – cell stimulating hormone ( ICSH ) merangsang
pertumbuhan testosteron.
Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem
biologis seorang anak. Anak perempuan akan
mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah
aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara
mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan
perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan
tumbuhnya hormon
testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah
secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
Dimensi
Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang
ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir
dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
Pada
periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga
mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan
akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara
logis dan abstrak mereka berkembang sehingga
mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para
remaja tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi
itu serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran
mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk
masa depan. Dengan kemampuan operasional formal
ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar
mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa)
yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap
perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian
masih tertinggal pada tahap perkembangan
sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana
pola pikir yang digunakan masih sangat
sederhana dan belum mampu melihat masalah dari
berbagai dimensi. Hal ini bisa saja
diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu
arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir
anak.
Penyebab lainnya bisa juga diakibatkan
oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan
remaja sebagai anak – anak, sehingga anak tidak memiliki
keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan
sesuai dengan usia dan mentalnya.Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai
tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa
berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi
terbaik.
Dimensi
Moral
Masa remaja adalah periode dimana
seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang
terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan
nilai diri mereka. Elliot
Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja
mulai membuat penilaian tersendiri dalam
menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan
dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb.
Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan
absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangkan lebih banyak
alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan
pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal – hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya kenyataan lain di luar dari
yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak
aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.Baginya
dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia
terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena
mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai
dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya.Mereka lalu
merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan
“kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang
seringkali mendasari sikap "pemberontakan"
remaja terhadap peraturan atau otoritas yang
selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika
sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai
moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa
remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia
sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi
itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik
nilai dalam diri remaja ini lambat
laun akan menjadi sebuah masalah besar,
jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan
remaja untuk tidak lagi mempercayai
nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau
pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat
besar jika orangtua atau pendidik tidak
mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi
jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung
penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh
putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari
satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir
lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua
yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan
bijak dan bersikap kaku akan membuat yang
remaja tambah bingung.
Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan yang
dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika lingkungan baru memberi jawaban yang
tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua, konflik
dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang
penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah
dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984)
menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya
45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa”
ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam
untuk hal yang sama. Perubahan mood
(swing) yang drastis pada para
remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah,
pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski
mood remaja
yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum
tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami
perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri
mereka (self-awareness).
Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka
menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka
seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka
sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat
memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan (self-image).
Remaja
cenderung
untuk menganggap diri mereka sangat unik
dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan
kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek
berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan
tertarik pada kecantikannya, sedang remaja
putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia
terlihat unik dan “hebat”.
Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan
remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering
dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan
mulai sadar bahwa orang lain tenyata
memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu
sama dengan yang dihadapi atau pun
dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka
selalu diperhatikan oleh orang lain
kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian
dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri
mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat “tidak memikirkan akibat” dari
perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering
dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar
dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek
atau jangka panjang.
Remaja
yang diberi kesempatan untuk
mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh
menjadi orang dewasa yang lebih
berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu
bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan
rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan
sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja.
Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat
pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih
tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai
acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai
“seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan
berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.
Remaja akan membayangkan apa yang akan
dilakukan oleh para “idola”nya untuk
menyelesaikan masalah seperti itu.
Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja Dari
beberapa dimensi perubahan yang terjadi
pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka
terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini.
Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak
negative pada remaja. Perilaku yang
mengundang resiko pada masa remaja misalnya
seperti penggunaan alcohol, tembakau dan
zat lainnya;
Aktivitas social yang berganti – ganti pasangan dan perilaku menentang
bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock,
1997). Alasan perilaku yang mengundang resiko
adalah bermacam – macam dan berhubungan
dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic
), rasa takut dianggap tidak cakap,
perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika
kelompok seperti tekanan teman sebaya.
d) Salah satu masalah remaja yang mempengaruhi kesehatan
reproduksi
MEROKOK
Di masa
modern ini, merokok merupakan suatu
pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok
dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat
menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang
disekitarnya. Saat ini banyak sekali remaja yang merokok bahkan tidak hanya
satu batang rokok saja tetapi berbatang – batang mereka hisap seakan hal itu
sudah menjadi kebutuhan pokok bagi mereka, padahal berbagai kandungan zat yang
terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh mereka.
Beberapa motivasi yang melatar belakangi remaja untuk
merokok biasanya hanyalah untuk mendapat
pengakuan (anticipatory beliefs),
untuk menghilangkan kekecewaan
( reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak
melanggar norma ( permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004).
Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan
oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di
depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanyaatau
dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Perilaku merokok merupakan pola perilaku dan favorit di kalangan pelajar
maupun mahasiswa, bahkan hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar perokok
di Indonesia adalah kalangan pemuda dan pelajar (baik di tingkat mahasiswa, SMP
ataupun di tingkat SMU, dan seringkali ditemui juga anak-anak SD sudah
merokok).Mereka tidak sadar akan bahaya rokok untuk tubuhnya sendiri, tetapi
ada sebagian mereka yang mengetahui dampak rokok itu sendiri bagi tubuhnya tetap tidak memperdulikan karna
kurangnya kesadaran dan pengertian mengenai dampak rokok itu sendiri. Dampak
dari merokok tidak hanya berakibat pada kesehatan pernafasannya namun dampak
merokok juga akan mempengaruhi kesehatan reproduksinya, Gangguan kesehatan reproduksi yang disebabkan oleh kebiasaan merokok
berbeda antara pria dan wanita. Menurut penelitian, dalam buku 1440
alasan berhenti merokok yang ditulis oleh bill godds (2008), ternyata yang akan
menerima efek negatif dari rokok tersebut bukan hanya perokok aktif saja, akan
tetapi perokok pasif pun akan menerima akibat negatif dari rokok tersebut. Dan
justru efek yang diterima oleh perokok pasif akan jauh lebih berbahaya lagi
ketimbang perokok aktifnya.
Perokok pasif merupakan sebuah istilah bagi seseorang yang sebenarnya bukan
seorang perokok akan tetapi orang yang berada atau dekat dengan orang-orang
yang merokok sehingga ia secara tidak langsung sering menghirup asap rokok yang
dikeluarkan oleh para perokok aktif (Husaini, 2007).
Indonesia masuk dalam daftar tiga besar negara dengan perokok terbesar di
dunia setelah India dan China. Tak hanya fakta ini yang memprihatinkan, tetapi
juga bahwa perokok wanita juga semakin besar jumlahnya. Yakni naik 10 kali
lipat selama tiga tahun terakhir. Saat ini jumlah perokok di Indonesia sebesar
65 juta, dengan lima persennya adalah wanita. Sementara jumlah perokok pasif di
Indonesia juga tinggi sebanyak 50 juta, dan kebanyakan dari mereka adalah
wanita (Arief, 2011).
Menurut data hasil Global Adult Tobacco Survey (2011 dalam Depkes RI, 2012) mengungkapkan
persentase perokok aktif pria di Indonesia mencapai 67% dan wanita 2.7% dari
jumlah penduduk.
Rokok memberikan ancaman kesehatan terutama dari asap rokok bagi perokok
aktif maupun pasif dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, terutama
kesehatan reproduksi. Gangguan pada wanita perokok terkait dengan kesehatan
reproduksinya antara lain gangguan haid, menopause dini, sulit untuk hamil,
kehamilan diluar kandungan, keguguran dan timbulnya kecacatan pada janin
(Emiriana, 2007).
Menurut Yoga, (2010 dalam
Depkes, 2010) gangguan kesehatan pada wanita perokok tidak hanya gangguan
reproduksi saja, penyakit kanker juga dipengaruhi oleh merokok atau terkena
paparan asap rokok. Ditambahkan, kankertertinggi
yang dideritawanita Indonesia adalah Kanker payudara dengan angk kejadian 26 per 100.000 wanita
Banyak faktor yang menyebabkan remaja putrid merokok, baik faktor internal
maupun eksternal. Ini disebabkan karena remaja putrid memiliki latar belakang kehidupan
yang berbeda - beda, baik latar belakang pribadi, keluarga, dansosial. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana profil remaja putri yang merokok (Andewi,
2007).
PENYEBAB REMAJA MEROKOK
Aspek atau faktor-faktor yang berhubungan
atau yang mempengaruhi kehidupan remaja yaitu Keluarga, sekolah ,dan tetangga
merupakan aspek yang secra langsung mempengaruhi kehidupan reamaja.sedangan
struktur sosial ,ekonomi, politik ,dan budaya lingkungan merupakan aspek yang
memberikan pengarauh secara tidak langsung terhadap kehidupan remaja.
Secara garis besarnya ada
dua tekanan pokok yang berhubungan dengan kehidupan remaja yaitu internal
pressure (tekanan dari dalam diri remaja) dan external pressure (tekanan dari
luar diri remaja)
Tekanan dari dalam (internal pressure) merupakan
tekanan psikologis dan emosional. Sedangkan teman sebaya, orang tua guru, dan
masyarakat merupakan sumber dari luar (external pressure). Teori ini akan
membantu kita memahami masalah yang dihadapi remaja salah satunya adalah
masalah kesehatan reproduksi.
Merokok juga salah satu masalah remaja yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi yang hal tersebut dianggap enteng. Penyebab
remaja merokok yaitu :
Pengaruh 0rang
tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang
tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal
dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson,
Pengantar psikologi, 1999:294).
Pengaruh
teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak
remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya
adalah perokok juga
dan demikian sebaliknya. Dari
fakta tersebut ada
dua kemungkinan yang
terjadi, pertama remaja tadi
terpengaruh oleh teman-temannya atau
bahkan teman-teman remaja
tersebut dipengaruhi oleh
diri remaja tersebut
yang akhirnya mereka semua
menjadi perokok. Diantara
remaja perokok terdapat
87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang
perokok begitu pula dengan remaja
non perokok (Al Bachri, 1991)
Faktor
Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu
atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri
dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian
yang bersifat prediktif
pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok)
ialah konformitas sosial.
Orang yang memiliki
skor tinggi pada berbagai
tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi
pengguna
dibandingkan
dengan mereka yang
memiliki skor yang
rendah (Atkinson, 1999).
Pengaruh Iklan.
Melihat iklan
di media massa
dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan
atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu
untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada
dalam iklan tersebut. (Mari
Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
Sedangkan pengaruh rokok
terhadap kesehatan reproduksi remaja seringkali tidak diketahuan
dan kurangnya informasi membuat mereka kurang mengerti pengaruh merokok bagi
kesehatan reproduksi mereka. Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen,
dan sekitar 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan, terlebih bagi
kesehatan reproduksi. Racun yang utama terdapat pada rokok adalah
Arsenik, bahan yang digunakan untuk racun
tikus.
Asetilena, senyawa kimia tak jenuh yang juga
merupakan hidrokarbon alkuna.
Sianida, senyawa kimia dari kelompok cyano.
Benzene, senyawa kimia organik yang mudah
terbakar
Cadmium, sebuah logam beracun radioaktif.
Metanol, jenis alkohol sederhana (metil
alkohol).
Formaldehida, cairan yang digunakan untuk
mengawetkan mayat.
Amonia, sangat beracun dalam kombinasi
dengan unsur-unsur tertentu.
Hidrogen sianida, zat pembuat plastik dan pestisida,
zat ini digunakan juga sebagai fumigan untuk bahan membunuh semut.
Tar mengandung
43 bahan kimia yang diketahui menjadi penyebab kanker (karsinogen), zat yang
seperti benzopyrene, yaitu sejenis policyclic aromatic hydrocarbon (PAH) yang
telah lama ditetapkan seperti agen pencetus awal kejadian kanker.
Nikotin adalah zat
adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Yang berefek terhadap
sistem mesolimbik yang menjadi penyebab ketagihan. Hal tersebut juga merupakan
penyebab penyakit jantung, stroke, merusak jaringan otak, mengeraskan dinding
arteri dan menyebabkan darah cepat membeku.
Karbon
Monoksida yaitu gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh kendaraan. yang mempunyai
efek mengikat oksigen dalam tubuh sehingga berakibat memicu terjadinya penyakit
jantung, zat ini yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen, sehingga apabila kaadar CO di dalam tubuh melebihi 60
persen maka dapat menyebabkan kematian,
Tidak hanya penyakit paru dan
jantung, merokok juga mengganggu kesehatan reproduksi. Pengaruh dari merokok
terhadap reproduksi dan kesuburan cukup fatal. Merokok dapat meningkatkan
risiko impotensi, kerusakan sperma, mengurangi jumlah sperma dan menyebabkan
kanker testis. Sedangkan kebiasaan merokok pada wanita menyebabkan kanker
serviks. Zat nikotin serta “racun” lain yang masuk ke dalam darah melalui asap
rokok mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau
tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim. Cervical neoplasia adalah kondisi awal
berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang.
Menurut Dr. Jones, pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil
(tidak subur) serta mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya.
Sedangkan hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden keguguran.
Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000 kejadian keguguran per
tahun di Inggris, berhubungan erat dengan merokok. Tidak hanya itu, merokok
juga menghambat pertumbuhan intra rahim, meningkatkan stillbirth (lahir mati)
dan kelahiran prematur.
Selain itu merokok
dapat menurunkan kualitas cairan semen. Berbagai penelitian tentang efek
merokok terhadap kesehatan reproduksi pria telah menunjukkan penurunan
kualitas cairan semen efek tersebut diantaranya :
Konsentrasi sperma. Konsentrasi sperma mengacu pada
jumlah sperma yang ditemukan dalam jumlah yang diukur dari air mani. Studi
telah menunjukkan penurunan 23% dalam konsentrasi sperma pada pria yang
merokok.
Motilitas sperma. Motilitas sperma mengacu
pada kemampuan berenang sperma. Jika sperma tidak bisa berenang dengan baik,
mereka mungkin memiliki kesulitan mencapai sel telur. Pada pria yang
merokok, para peneliti menemukan penurunan 13% dalam motilitas sperma.
Morfologi sperma. Morfologi sperma mengacu pada
bentuk sperma. Sprema yang mempunyai bentuk aneh (tidak seperti normal) tidak
bisa berenang cukup baik untuk sampai ke telur dan mungkin tidak dapat membuahi
sel telur. Perokok laki-laki memiliki sperma lebih sedikit berbentuk sehat
daripada non-perokok.
Perokok
laki-laki mungkin juga memiliki kelainan hormonal yang bisa juga mempengaruhi
kesuburan. Namun demikian, penurunan kesehatan sperma dan kelainan hormonal
saja mungkin tidak cukup untuk menyebabkan kemandulan pada pria. Namun bagi
pria yang tanda infertilitasnya sudah hampir jelas, maka dengan merokok bisa
mengakibatkan infertilitas lebih pasti lagi. Untuk laki-laki seperti
ini, berhenti merokok dapat meningkatkan kesuburan mereka atau setidaknya,
meningkatkan peluang keberhasilan mereka pada perawatan kesuburan.
Dampak
bagi laki – laki selain menurunkan Reproduksi dan Fertilitas: Pengaruh
dari merokok terhadap reproduksi dan kesuburan cukup fatal. Merokok dapat
meningkatkan risiko impotensi, kerusakan sperma, mengurangi jumlah sperma dan
menyebabkan kanker testis
Ganguan yang dialami remaja perempuan diantaranya :
Ganguan Pada Menstruasi
Nikotin juga menjadi penyebab timbulnya gangguan haid pada wanita perokok
karena mempengaruhi metabolisme hormon estrogen yang tugasnya mengatur proses
haid. Gangguan metabolisme akan menyebabkan haid tidak teratur dan pada wanita
perokok akan mengalami nyeri perut yang lebih berat ketika haid.
Kanker Payudara
Secara anatomi tubuh, wanita memiliki resiko lain
akibat rokok kanker payudara. Karena peningkatan akumulasi toksin larut lemak
dan potensial hormon karsinogenik dalam jaringan lemak.
Pada kanker payudara, peneliti mengungkapan bahwa
akibat perempuan merokok tidak berhubungan secara langsung dalam kasus kanker
payudara. Tetapi merokok memperbesar peluang bagi wanita perokok mengalami
penyakit ini hingga 60% lebih besar dibanding mereka yang tidak merokok.
Tembakau juga bisa memperbesar resiko perkembangan
lesi prakanker leher rahim.
Kehamilan Ektopik
Gangguan pada proses pelepasan sel telur meningkatkan resiko wanita perokok
untuk mengalami kehamilan di luar kandungan sekitar 2-4 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita bukan perokok. Kehamilan ektopik meningkat sebesar
1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Nikotin dapat
menyebabkan gangguan pematangan pada sel telur sehingga sulit terjadi
kehamilan.
Menopause dini
Perokok
mencapai menopause sekitar 14 bulan lebih awal dibanding bukan perokok. Mereka
yang suami merokok, membuat lima bulan sebelumnya, meskipun hal ini tidak
melebihi analisis statistik yang cukup untuk menunjukkan efek yang pasti. Tapi
ketika orang tua merokok ketika mereka berada dalam rahim, para wanita telah
berhenti haid sekitar 13 bulan lebih awal dari mereka dengan orang tua merokok.Karena
kurangnya oksigenasi kulit, perokok wanita akan mengalami kulit kusam. Efek
lain, kulit akan menjadi kendur dan tidak elastis.Tembakau juga bisa
menyebabkan keriput muncul sebelum waktunya, berkisar dari 10 sampai 20 tahun
lebih awal.
Sulit untuk hamil
Nikotin
dapat menyebabkan gangguan pematangan pada sel telur sehingga sulit terjadi
kehamilan.
Keguguran
Secara
logis bisa dipahami, bila pembelahan sel-sel mengalami gangguan karena nikotin
yang masuk ke dalam darah, dengan sendirinya terhambat pula pertumbuhan janin.
Akibatnya, bisa terjadi keguguran
Timbulnya kecacat seperti bibir sumbing, hidung pipih
atau berat badan kurang pada bayi.
Dismenore dan peningkatan frekuensi
amenore sekunder
Gangguan
metabolisme akan menyebabkan haid tidak teratur dan pada wanita perokok akan
mengalami nyeri perut yang lebih berat ketika haid, Merokok mengurangi sekresi estrogen
yang diduga bertanggung jawab atas gangguan menstruasi termasuk timbulnya rasa
nyeri.
ketuban pecah dini, plasenta
previa, kematian
neonatal, keputihan
yang tidak biasa
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik
secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya.
Banyak yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi, salah satunya adalah merokok. Merokok membawa dampak
buruk bagi kesehatan reperoduksi, diataranya adalah meningkatkan
risiko impotensi, kerusakan sperma, mengurangi jumlah sperma dan menyebabkan
kanker testis. Tidak hanya itu, bila rokok dikonsumsi oleh kaum perempuan akan
menyebabkan kanker serviks, pertumbuhan intra rahim, meningkatkan stillbirth
(lahir mati) dan kelahiran prematur. Untuk menangani masalah ini, perlu
perhatian khusus. Perhatian dari orang tua, petugas kesehatan dan pemerintah
sangat diperlukan. Namun yang lebih penting adalah kesadaran dari individu
sendiri
B. Saran
Kesehatan adalah segalanya bagi kehidupaan. Kesehataan sangat penting, oleh
karena itu kita harus sadar betul untuk semaksimal mungkin menajaga kesehatan
kita. Bagi petugas kesehatan diharapkan mampu memberi sosialisasi bagi
masyarakat khususnya remaja. Peran pemerintah dalam mengatur pemakaian dan
pemjualan rokok harus lebih tegas. Seperti yang disebutkan dalam RUU tentang Penanggulangan
Dampak Tembakau bagi Kesehatan bahwa penjualan rokok tidak boleh memajang rokok
di etalase toko. Namun pada kenyataannya masih banyak yang memajang rokok di
etalase meraka. Bahkan di swalayan pun masih banyak pajangan rokok di etalase.
Pemerintah jangan hanya membuat peraturan saja, namun harus tegas dalam
bertindak. Tetapi kesadaran untuk tidak merokok harus diniatkan diri diri
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhatib MD.
2009. Problem Kesehatan Reproduksi Remaja: Tawaran Solusi, disampaikan pada
Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP.
http://KesehatanReproduksi/KesehatanReproduksiDewasa/KesehatanReproduksiRemaja/creasoft
@8:25am.com.online
YPKP. 2006. Modul Mahasiswi Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : YPKP