MAKALAH
KOMUNIKASI KEBIDANAN
“STUDY
KASUS ( Budaya Papua)”
Dosen
Pengampu: Frida Cahyaningrum S.SiT
Disusun
oleh:
Lina
fathma
(121150)
AKADEMI
KEBIDANAN ABDI HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................... i
DAFTAR ISI ............................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Tujuan ......................................................... 2
C. Rumusan Masalah ......................................................... 2
D. Tujuan ......................................................... 2
A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Tujuan ......................................................... 2
C. Rumusan Masalah ......................................................... 2
D. Tujuan ......................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN .......................................................... 3
A. Budaya Sunat di Papua .............................................. 3
B. Budaya Perkawinan di papua .................................. 4
C. Budaya Kelahiran di Papua .................................. 4
D. Budaya Kematian di Papua .................................. 5
A. Budaya Sunat di Papua .............................................. 3
B. Budaya Perkawinan di papua .................................. 4
C. Budaya Kelahiran di Papua .................................. 4
D. Budaya Kematian di Papua .................................. 5
BABIII PENUTUP .......................................................... 6
A. Kesimpulan .......................................................... 6
B. Saran .......................................................... 6
A. Kesimpulan .......................................................... 6
B. Saran .......................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 7
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalahnya dengan baik dan
tepat waktu. Penulis menyelesaikan makalah yang berjudul “STUDY KASUS ( Tradisi Daerah Papua yang Berkaitan Dengan Kesehatan
)”. Makalah ini dibuat sebagai
syarat pemenuhan tugas dari Mata Kuliah Komunikasi Kebidanan.
Dalam
kesempatan yang baik ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih pada dosen
pengampu Komunikasi Kebidanan Frida
Cahyaningrum S.SiT karena bimbingan beliau penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Rasa terima kasih juga penulis ucapkan berkat kerjasama kita
sebagai kelompok sehingga makalah ini terbentuk dan selesai dengan baik.
penulis
sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memiliki banyak
keterbatasan, sehingga jika pembaca menemukan kekurangan atau kekeliruan,
dengan hati terbuka penulis menerima saran dan kritiknya.
Akhirnya,
penulis ucapkan terima kasih dan selamat membaca, semoga kita dapat
memanfaatkan makalah ini bersama – sama.
Semarang,
16 Mei 2013
Lina
fathma
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya adalah aturan
dan norma-norma yang telah mendarah daging disuatu daerah salah satunya adalah
Papua. Di Papua banyak sekali terdapat banyak sekali budaya yang menyimpang
dari kesehatan, mulai dari budaya khitan, perkawinan, kelahiran, dan kematian.
Semua budaya tersebut menyalahi kaidah kesehatan yang seharunya ditegakkan.
Meskipun tidak semua suku papua yang menganut budaya tersebut, tetapi ini adalah
sample dari kasus yang harus diperhatikan oleh pemerintah.
Ada beberapa
pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara
lain sebagai berikut:
1. Melville J.
Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
- alat-alat teknologi
- sistem ekonomi
- keluarga
- kekuasaan politik
- Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
- sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
- organisasi ekonomi
- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
- organisasi kekuatan (politik)
Citra budaya
yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
B.
Tujuan
Agar
mengetahui budaya pada suatu daerah yang masih melanggar atau menyimpang dari
kaidah kesehatan.
C.
Rumusan Masalah
Apa
yang menjadi penyebab masalah kesehatan terkait dengan kebudayaan masyarakat
disuatu daerah ?
D.
Manfaat
Dapat
memberikan informasi mengenai kebudayaan yang menyimpang dari kaidah kesehatan
sehingga dapat memberikan penanganan yang lebih dini serta membantu pemerintah
untuk mengetahui masalah kesehatan sehingga dapat menekan angka kesakitan dan
kematian mulai dari dini.
BAB
II
PEMBAHASAN
“STUDY
KASUS (Budaya Papua)”
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya adalah aturan
dan norma-norma yang telah mendarah daging disuatu daerah salah satunya adalah
Papua. Di Papua banyak sekali terdapat banyak sekali budaya yang menyimpang
dari kesehatan, mulai dari budaya khitan, perkawinan, kelahiran, dan kematian.
Semua budaya tersebut menyalahi kaidah kesehatan yang seharunya ditegakkan.
Meskipun tidak semua suku papua yang menganut budaya tersebut, tetapi ini
adalah sample dari kasus yang harus diperhatikan oleh pemerintah.
A. Budaya
Sunat di Papua
Di Papua, seorang anak laki-laki yang beranjak dewasa
harus melalui ritual berhubungan fisik dengan laki-laki yang lebih tua.
Dipercaya “asupan kekuatan” dari laki-laki dewasa itu akan membantu si
remaja tumbuh menjadi pria yang maskulin. Gilbert H. Herd dalam bukunya Ritualized
Homosexuality in Melanesia mengatakan bahwa upacara homoseksual ini
ditemukan pada beberapa suku di pantai selatan Papua antara Pantai Kasuari, di
kabupaten Asmat, Kolepom, Marind-Anim, juga beberapa tempat di Sungai Fly,
Papua Nugini.
Sementara bagi perempuan di suku Kelepom, Papua, yang
memasuki masa puber melakukan hubungan seks secara heteroseksual dengan lelaki
yang sudah menikah. Ia menjadi suatu pelengkap dalam upacara inisiasi untuk
membuktikan masa kedewasaan perempuan.Ketika ritual inisiasi dilangsungkan,
seorang lelaki atau perempuan dianggap sudah menjadi bagian dari masyarakat
yang siap memegang tanggung jawab dan menikah. Di sejumlah daerah, ritual
pernikahan ini melibatkan bukan hanya aktivitas heteroseksual tapi juga homoseksual.
B. Budaya Perkawinan di Papua
Persetubuhan heteroseksual sebelum menikah juga
merupakan bagian dari upacara adat dalam kebudayaan Papua, terutama di kalangan
orang Purari, Kiwai, Marind, Kolepom, dan Asmat. Di kalangan orang Marind,
misalnya, persetubuhan ditegaskan untuk menghasilkan cairan seksual guna
meningkatkan kesuburan, mempersiapkan diri sebelum memasuki kehidupan
perkawinan (konsep kedewasaan), membuka kebun, awal kegiatan pengayauan,
keseimbangan lingkunggan, pengobatan, kekuatan magi, dan kepemimpinan. Ia
mempunyai makna untuk menata kehidupan warganya.
Menurut A.E. Dumatubun dalam “Pengetahuan, Perilaku
Seksual Suku Bangsa Marind-Anim” yang dimuat di Jurnal Antropologi Papua,
April 2003, dasar utama dari berbagai aktivitas seksual, baik secara
homoseksual maupun heteroseksual, di kalangan suku Marind-Anim itu berlandaskan
pada konsep “kebudayaan semen“ atau “kebudayaan sperma”. Sperma merupakan
kekuatan yang diperoleh dari seorang pria yang perkasa dan kuat. Sperma
berhubungan dengan konsep kesuburan, kecantikan, kekuatan penyembuhan, dan
kekuatan mematikan. Sehingga di dalam aktivitas hidup suku Marind-Anim konsep
sperma memainkan peranan penting.
C. Budaya
Kelahiran di Papua
Di
Mamberamo, seorang ibu yang akan melahirkan akan pergi ke sungai, berdiri di
atas batuan padat dan memegang sebuah pohon di tepi sungai. Ketika darah mulai
menetes buaya menunggu di bawahnya. Saat bayi muncul, sang ibu harus cepat
merebut dan berbaring di pinggir sungai untuk memotong tali pusat.
Ibu-ibu suku
amungme dan kamoro, melakukan persalinan di dalam kamar mandi. Ruangan tersebut
tidak memenuhi syarat dan tidak terjamin kebersihannya sehingga sangat
memungkinkan terjadi komplikasi infeksi pada ibu dan bayi. Ibu mulai berada di
dalam ruangan yang sempit dan lembab pada awal kala 2 sampai akhir kala 3 yaitu
sekitar 40 menit sampai dengan dua jam. Luka-luka perdarahan yang terjadi dalam
proses persalinan, sangat rentan untuk terjadinya infeksi pada ibu dan bayi.
Rasa pasrah dan tidak waspada dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan
ekonomi, membuat mereka tetap memilih cara seperti itu. Bahkan untuk persalinan
yang tak terduga, sering terjadi di atas pasir di pinggir pantai atau di atas
rumput di pinggir hutan lokasi meramu dengan beratapkan pohon, beralaskan
rumput, dinding semak belukar.
D.
Budaya Kematian di Papua ( Pemotongan Jari)
Pemotongan
jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila kehilangan anggota keluarga
yang dicintai. Ungkapan yang begitu mendalam, bahkan harus kehilangan anggota
tubuh. Bagi masyarakat pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangat
penting. Bagi masyarakat Baliem Jayawijaya kebersamaan dalam sebuah keluarga
memiliki nilai-nilai tersendiri.
pemotongan jari itu umumnya
dilakukan oleh kaum ibu. Namun tidak menutup kemungkinan pemotongan jari
dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak orang tua laki-laki atau pun
perempuan. Pemotongan jari tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk
mencegah 'terulang kembali' malapetaka yang telah merenggut nyawa
seseorang yang didalam keluarga yang berduka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
masalah kebudayaan saat ini masih menjadi fenomena
kehidupan, salah satunya adalah di Papua. Kebudayaan-kebudayaan Papua banyak
yang mengganggu kesehatan, mulai dari khitan, perkawinan, persalinan dan
kelahiran. Kebudayaan di Papua sangat mendarah daging sehingga sulit untuk
dihapuskan, karena mereka menganggap budaya yang diyakininya yang akan
menyelamatkan mereka. Selain karena itu tingkat pengetahuan dan pendidikan yang
masih sangat minim sehingga sangat sulit untuk mengubah pola pikir dari daerah
tersebut untuk selaras dengan pemerintah menegakkan kesehatan di Indonnesia
ini.
B.
Saran
Masalah
kebudayaan ini menjadi PR pemerintah dan tenaga kesehatan untuk menekan angka
kematian dan kesakitan diindonesia yang merupakan tujuan MDG’s tahun 2015. Agar
hal tersebut tercapai hendaknya pemerintah membuat program untuk
menyebarluaskan tenaga kesehatan sampai ke daerah pelosok seperti papua, untuk
diberikan pelayanan kesehatan dan promosi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar