MAKALAH
KONSEP KEBIDANAN
“ KENDALA
PENURUNAN AKI DI INDONESIA
MENURUT MDG’S ”
Dosen Pengampu: Widyah setiowati, S. SiT
Disusun oleh:
Lina fathma (121150)
AKADEMI KEBIDANAN ABDI HUSADA
SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah konsep kebidanan
dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Kedua kalinya sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita kepada
agama yang diridhoi Allah SWT yakni agama Islam.
Namun saya yakin tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi dan do’a, makalah ini tidak akan terwujud.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada :
- Dra. Tatik Indrawati, S.SiT, M.Kes, Direktur Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang.
- Widyah setiyowati S. SiT selaku dosen pengampu mata kuliah konsep kebidanan
- Kedua orang tua yang saya sayangi dan saya cintai
- Titik kurniawati S.SiT selaku dosen wali kelas B
- Seluruh Dosen Dan Staff Karyawan Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang.
- Alim Perdana Putra yang saya cintai
- Seluruh Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang
Selain itu ucapan terima kasih saya kepada yang terhormat.
Akhir kata untuk menyempurnakan makalah ini. saya
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.dan makalah ini dapat berguna bagi para pembaca baik dimasa sekarang maupun di
masa yang akan datang.
Semarang, 04 Desember 2012
Lina fathma
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Metode penulisan
BAB II : ISI
A. AKI di Indonesia
B. Kendala penurunan AKI
C. Upaya menurunkan AKI
D. strategi operasional menurunkan AKI
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Milenium
(Millennium Development Goals) dirumuskan untuk mewujudkan delapan tujuan umum,
salah satu diantaranya terkait dengan kesehatan ibu. Sehubungan dengan upaya
pencapaian target MGDs di Indonesia, dalam hal kesehatan ibu, agaknya negara
kita masih menghadapi kendala yang cukup berat dalam upaya menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) terlebih lagi data AKI di Indonesia masih menjadi
perdebatan. Sebagai gambaran, pada tahun 2009 secara serentak Komisi Ekonomi
dan Sosial PBB untuk Asia Pasifik (UNESCAP),
Program Pembangunan PBB (UNDP), UNFPA, dan WHO, menyatakan bahwa telah
terjadi kenaikan Angka Kematian Ibu melahirkan dari 307/100.000 menjadi
420/100.000. Sementara itu data nasional yang dikeluarkan oleh Bappenas 2009, menunjukkan bahwa AKI di
Indonesia justru mengalami penurunan dari 307/100.000 pada tahun 2002-2003, dan
menjadi 228/100.000 pada tahun 2009.
Meskipun angka perhitungan nasional tersebut menunjukkan tren penurunan,
Bappenas mengisyaratkan bahwa Indonesia akan sulit mencapai target MDG untuk
menurunkan AKI sampai ke angka 102 pada tahun 2015.
Bappenas memperkirakan bahwa pada tahun 2015, AKI di Indonesia masih akan
berkisar di angka 163. Indonesia tertinggal jauh dari Malaysia dan Thailand
yang angka AKI-nya masing-masing 30 dan 24.
Hal ini menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia merupakan angka tertinggi
dibandingkan dengan negara –
negara ASEAN lainnya.
Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi
yang berhubungan dengan kehamilan dan
cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi
masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001).
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
-
Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kendala penurunan AKI di Indonesia terkait MDG’s
2.
Tujuan
Khusus
-
Untuk mengetahui
penyebab kematian ibu
-
Mendorong berbagai pihak
untuk bersama-sama memikirkan upaya-upaya apa yang strategis untuk dilakukan
guna mewujudkan target MGDs dalam hal penurunan angka kematian ibu (AKI) yang
saat ini masih cukup tinggi.
C. Metode
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah
browsing internet dan study pustaka
BAB II
ISI
A. PROFIL
Angka Kematian Ibu ( AKI ) merupakan salah satu indicator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah
satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan MDGS yaitu tujuan ke
5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survey
yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu kewakty, namun
demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan peembangunan millennium masih
membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Angka kematian bayi menjadi
indicator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena
merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini.
B. KENDALA PENURUNAN AKI
kendala penurunan AKI
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi
factor penentu angka kematian, meskipun masih banyak factor yang harus
diperhatikan untuk menangani masalah ini. Menurut departemen kesehatan penyebab
kematian ibu 28 % karena perdarahan, 24% karena preeklamsi, 11% karena infeksi,
8% karena komplikasi masa nifas, 5% karena partus lama dan partus macet, 5 %
karena abortus, 3% karena emboli obstetric. 11% lain lain.
Mengapa AKI di Indonesia sulit untuk diturunkan? Ada banyak faktor yang
ditengarai berkontribusi dalam menghambat upaya penurunan AKI, diantaranya
adalah faktor akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan
reproduksi, yang belum merata oleh perempuan. Hasil penelitian WRI yang
dilakukan di tujuh wilayah di Indonesia menunjukkan bahwa faktor kemiskinan,
budaya, keterbatasan serta tidak meratanya fasilitas pelayanan dan tenaga
kesehatan menjadi kendala bagi perempuan saat membutuhkan pelayanan kesehatan
reproduksinya, terutama saat hamil dan melahirkan. Sementara hal itu
berkontribusi pada angka kematian ibu melahirkan.
Di sisi lain, banyak warga masyarakat yang tidak menyadari bahwa pelayanan
kesehatan dasar, pendidikan dan akses terhadap kerja adalah hak-hak dasar yang
seyogyanya disediakan oleh negara. Dalam hal ini, negara sebagai instrumen
publik memiliki kewenangan dan kewajiban untuk memenuhi hak-hak dasar tersebut
serta berwenang untuk memformulasikan anggaran bagi publik melalui program pemerintah
maupun swasta.
Dalam kenyataannya, anggaran dan program-program pemerintah belum mampu
memenuhi hak-hak dasar tersebut. Sekalipun, Undang-Undang Kesehatan sudah
mengatur besaran minimal pembiayaan Kesehatan, namun belum cukup mampu
mendorong daerah untuk mengalokasikan anggaran kesehatan, terutama kesehatan
ibu, yang memadai agar pasti dapat menyelamatkan nyawa perempuan di Indonesia.
Temuan penelitian WRI memperlihatkan masih ada daerah yang mengalokasikan
pembiayaan kesehatan perempuan kurang dari 1%. Begitu pula halnya dengan
program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang bertujuan untuk
memberikan kemudahan pada masyarakat miskin guna mengakses fasilitas pelayanan
kesehatan secara gratis, dalam pelaksanaannya ternyata masih menyisakan berbagai
persoalan mendasar yang terkait dengan sistem pendataan, kualitas pelayanan
maupun yang terkait dengan ketersediaan fasilitas layanan kesehatan serta
pembiayaan.
Hal tersebut menjadi kendala tersendiri bagi upaya penyediaan layanan
kesehatan yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat khususnya kelompok
miskin.
Secara cukup terperinci, hasil penelitian WRI ini menggambarkan
permasalahan-permasalahan mengenai akses dan pemanfaatan fasilitas kesehatan
reproduksi bagi perempuan miskin di tujuh wilayah penelitian tersebut. Gambaran
yang masih jauh dari situasi yang diharapkan ini diajukan untuk dapat menjadi
bahan pemikiran kita bersama untuk mencari jalan keluar agar dapat menghadirkan
kondisi fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi yang lebih menjawab kebutuhan
perempuan miskin. Mampukah Indonesia mencapai target pembangunannya, yang salah
satu indikatornya adalah Angka Kematian Ibu ketika melahirkan sebesar
102/100,000 pada tahun 2015?
Dengan melihat hasil penelitian ini, menjadi penting bagi WRI sebagai
lembaga penelitian yang peduli dengan upaya penegakan hak-hak perempuan,
khususnya hak-hak dasar perempuan sebagai warga negara untuk menyelenggarakan
Peluncuran dan Diskusi Buku hasil penelitian WRI dengan tema Akses dan
Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Perempuan Miskin di
Tujuh Kabupaten/Kota di Indonesia yaitu Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten
Lebak, Kabupaten Indramayu, Kota Surakarta, Kabupaten Jembrana, Kabupaten
Lombok Tengah dan Kabupaten Sumba Barat.
Selain masalah
medis tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan jender, nila
budaya, perekonomian, serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil
dan melahirkan.
Perdarahan
menempati persentasi tertinggi penyebab kematian ibu(28 persen) , anemia dan
kekurangan energy kronis(KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perdarahan dan infeksi yang merupakan factor kematian utama ibu.Di berbagai
Negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh
pendarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hamper 60
persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan
pasca persalinan,namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang
berat(anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan.(WHO)
Persentase
tertinggi kedua penyebab kematian ibu adalah eklamsia(24 persen) , kejang bisa
terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak
terkontrol saat persalinan.Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan
kembali normal bila kehamilan sudah berakhir.Namun ada juga yang tidak kembali
normal setelah bayi lahir.Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila
hipertensi,sudah diderita ibu sebelum hamil (profil kesehatan Indonesia,2007).
C. UPAYA PENURUNAN AKI
Upaya penurunan AKI
Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam
mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap
ibu yang membutuhkannya. Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan
AKI.
Asuhan persalinan normal dengan paradigma baru (aktif) yaitu dari
sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi, terbukti dapat memberi manfaat membantu upaya penurunan AKI.
Sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tingkat keterampilan petugas dan sarana
kesehatan sangat terbatas, maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila
dapat diterapkan pada tingkat tersebut (JNPK, 2007).
D.
STRATEGI OPRASIONAL MENURUNKAN AKI
Lima strategi
operasional menurunkan angka kematian ibu
Dalam rangka menurunkan
angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian Kesehatanmenetapkan lima
strategi operasional yaitu penguatan Puskesmas dan jaringannya; penguatan
manajemenprogram dan sistem rujukannya; meningkatkan peran serta masyarakat;
kerjasama dan kemitraan; kegiatanakselerasi dan inovasi tahun 2011; penelitian
dan pengembangan inovasi yang terkoordinir.
- Kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah menindaklanjuti Inpres no. 1Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Inpres No. 3 tahun2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan advokasiterkait percepatan pencapaian MDGs. Akhir tahun 2011, diharapkan propinsi dan kabupaten/kota telahselesai menyusun Rencana Aksi Daerah dalam percepatan pencapaian MDGs yaitu mengentaskankemiskinan ekstrim dan kelaparan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu,memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.
- Pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai tahun 2011 setiap Puskesmasmendapat BOK, yang besarnya bervariasi dari Rp 75 juta sampai 250 juta per tahun. Dengan adanya BOK,pelayanan “outreach” di luar gedung terutama pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yangmembutuhkan.
- Menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) berupa indikator komposit(status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses pelayanan kesehatan) yang digunakan untuk menetapkankabupaten/kota yang mempunyai masalah kesehatan. Ada 130 kab/kota yang ditetapkan sebagai DBK yangtahun ini akan didampingi dan difasilitasi Kementerian Kesehatan.
- Penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan fasilitas kesehatan diDaerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), termasuk dokter plus, “mobile team”.
Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan standar pelayan KB berkualitas,
sebagaimana diamanatkan UU no 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga. Pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan telah
meluncurkan JaminanPersalinan (Jampersal) yang mencakup pemeriksaan kehamilan,
pelayanan persalinan, nifas, KB pascapersalinan, dan neonatus.
Melalui program ini, persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanankesehatan
diharapkan meningkat, demikian pula dengan pemberian ASI dini, perawatan bayi
baru lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan. Sasaran Jampersal adalah
2,8 juta ibu bersalin yang selama ini belum terjangkau oleh jaminanpersalinan dari
Jamkesmas, Jamkesda dan asuransi kesehatan lainnya. Ruang lingkupnya adalah
:pelayanan persalianan tingkat pertama, tingkat lanjutan, dan persiapan rujukan
di fasilitas kesehatan Pemerintah dan Swasta.
Kelompok inilah yang akan ditanggung Jampersal. Pelayanan yang dijamin
melalui Jampersal yaitu: pemeriksaan kehamilan 4 kali, pertolongan persalinan
normal dan dengan komplikasi,pemeriksaan nifas 3 kali termasuk pelayanan
neonatus dan KB paska persalinan, pelayanan rujukan ibu/bayi baru lahir ke
fasilitas kesehatan lebih mampu.
Strategi penguatan Puskesmas dan jaringannya dilakukan dengan menyediakan
paket pelayanan kesehatan reproduksi (kespro) esensial yang dapat menjangkau
dandijangkau oleh seluruh masyarakat, meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif, yaitu:Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, KB, kespro
remaja, Pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual (IMS) dan
HIV/AIDS; dan mengintegrasikan pelayanan kespro dengan pelayanan kesehatan
lainnyayaitu dengan program gizi, penyakit menular dan tidak menular
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Angka kematian ibu di
Indonesia masih tinggi. Banyak penyebab yang menyebabkan angka kematian ibu
antara lain ( perdarahan, pre eklampsi, komplikasai masa nifas, partus macedan
partus lamat, emboli obstetric, infeksi, abortus ).
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan yang dapat dilakukan untuk
mencegah AKI Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan AKI.
Asuhan persalinan normal dengan paradigma baru (aktif) yaitu dari
sikap
menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang
muncul.
untuk mencegah AKI dapat dilakukan dengan penanganan infeksi dengan baik dan pemeriksaan
hamil untuk memantau kesehatan ibu dan janin
Untuk dapat mencapai target MDGs itu, diperlukan terobosan dan upaya keras
dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat untuk
mencegah terjadinya angka kematian ibu, secara terus menerus.
B.
SARAN
Kalangan bidan menjadi tumpuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia untuk mencapai target MDG pada 2015 sebesar 102 per 100 ribu
kelahiran hidup, dan di harapkan
sebagai bidan dapat bekerja keras dan bekerja
cerdas untuk dapat mengurangi angka kematian ibu ini.
C.
PENUTUP
Saya telah berusaha mencari referensi untuk memenuhi
tugas individu materi konsep kebidanan ini, untuk lebih sempurnanya makalah ini
saya sangat mengharapkan masukan maupun koreksi sehingga pengetahuan ini dapat
dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk meningkatkan mutu dan derajat kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC
·
Mochtar,
rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC
0 komentar:
Posting Komentar