Seluruh
tubuhku menjadi dingin, namun keringat bercucuran tak berhenti. Kedua tangan
ini terus bekerja dengan cepat walaupun sedikit gemetar, tapi tangan ini terus
bekerja berpacu dengan waktu, mengejar detik demi detik yang akan membuat ibu
dihadapanku semakin melemah.
Dipandu oleh
otak yang berpikir keras menghadapi kondisi gawat darurat ini, semua tenaga
kukerahkan, sedangkan hati ini tak pernah lepas berharap pertolongan dari-NYA.
Berharap tiap detik ini terjadi perubahan, ya… berharap keadaan dapat berubah
menjadi baik.
Inilah
keadaan gawat darurat kebidanan yang sungguh sangat menegangkan. Perdarahan
post partum namanya atau disebut juga Haemorrgaic Post Partum (HPP).
Suatu kondisi gawat darurat yang terjadi pada ibu bersalin, yang bisa
disebabkan beberapa hal, bisa karena uterus tidak berkontraksi (atonia uteri),
laserasi jalan lahir dan bisa juga karena retensio plasenta. Yang paling banyak
disebabkan karena atonia uteri. Namun apapun penyebabnya, HPP adalah keadaan
gawat darurat kebidanan yang tak bisa dihadapi hanya dengan diam, tapi bergerak
berpacu dengan waktu.
BAGAIMANA MENCEGAH PERDARAHAN?
Mencegah
terjadinya perdarahan lebih baik, sehingga bidan selalu berupaya mengenali kondisi
yang memungkinkan terjadinya atonia uteri, misalnya pada ibu dengan
overdistensi uterus seperti ibu yang hamil kembar (gamelli), hamil dengan janin
besar. Keadaan lain yang memungkinkan ibu mengalami atonia uteri adalah ibu
hamil yang sudah sering hamil apalagi kalau jarak kehamilannya terlalu dekat,
terutama yang sudah lebih dari 5 kali hamil, ibu hamil yang terlalu muda dan
terlalu tua, ibu hamil dengan malnutrisi, ibu inpartu yang mengalami partus
lama. Jika menemukan kondisi seperti tadi maka berhati-hatilah, atau lebih
tepatnya siapkanlah diri dan alat untuk menghadapi perdarahan post partum,
bersyukur jika ternyata tidak terjadi perdarahan post partum.
Namun bisa
juga perdarahan post partum terjadi pada ibu bersalin yang tidak menunjukkan
kemungkinan mengalami perdarahan tapi kenyataannya terjadi perdarahan, sehingga
setiap saat dan waktu dalam menghadapi persalinan selalu waspada akan
terjadinya perdarahan.
Perdarahan
post partum bisa pula terjadi karena kesalahan dalam penanganan kala III
seperti tindakan memijat uterus atau mendorong uterus untuk mengeluarkan plasenta
bisa jadi menyebabkan ternyadinya perdarahan karena atonia uteri dan bisa juga
karena retensio plasenta. Sehingga perlu upaya penanganan yang tepat dalam kala
III, dengan manajemen aktif kala III ternyata dapat mengurangi kejadian atonia
uteri dan retensio plasenta.
PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM
Nah sekarang
apa yang bisa dilakukan ketika bidan menemui perdarahan post partum?
Bidan harus
memahami tujuan penanganan perdarahan post partum, yaitu mengembalikan volume
darah dan oksigenisasi dan menghentikan perdarahan. Idealnya tindakan dimulai
dengan menstabilkan kondisi ibu baru melakukan tindakan khusus yang bertujuan
menghentikan perdarahan, namun sering kali tindakan ini tidak bisa dipisahkan
melainkan dilakukan bersamaan.
Karena
penyebab perdarahan paling banyak maka tindakan yang dapat dilakukan adalah
masase uterus, kompresi bimanual eksterna dan interna sambil pemberian
uterotonika.
Lalu
bagaimana jika perdarahan tetap terjadi dan ibu memerlukan rujukan tindakan apa
yang dapat dilakukan oleh bidan selama diperjalanan?
- Infus, tentu saja ini harus diberikan sebagai pengganti cairan yang keluar
- Uterotonika, ini diberikan secara intravena bersama-sama dengan infus.
- Kompresi bimanual ekstena dan interna. Sebagai upaya untuk memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang miometrium berkontraksi.
Selama
menuju tempat rujukan ada alternatif lain selain kompresi bimanual eksterna dan
internal yaitu pemasangan kondom kateter.
Prinsipnya
hampir sama dengan pemasangan tampon uterovagina, namun perlu diperhatikan
tindakan pemberian tampon uterovagina dengan kassa gulung dapat merugikan
karena memerlukan waktu untuk pemasangannya, dapat menyebabkan perdarahan yang
tersembunyi atau bila ada perembesan berarti banyak darah yang sudah terserap
di tampon tersebut sebelumnya dan dapat menyebabkan infeksi. Tetapi dapat pula
menguntungkan bila dengan tampon tersebut perdarahan bisa berhenti sehingga
tidak diperlukan tindakan operatif atau tampon digunakan untuk menurunkan
perdarahan sementara sambil menunggu penanganan operatif.
Pada tahun
2003 Sayeba Akhter dkk mengajukan alternatif baru dengan pemasangan kondom yang
diikatkan pada kateter. Dari penelitiannya disebutkan angka keberhasilannya
100% ( 23 berhasil dari 23 PPH ), kondom dilepas 24 – 48 jam kemudian dan tidak
didapatkan komplikasi yang berat. Indikasi pemasangan kondom sebagai tampon
tersebut adalah untuk PPH dengan penyebab Atonia Uteri. Cara ini kemudian
disebut dengan Metode Sayeba. Metode ini digunakan sebagai alternatif
penanganan HPP terutama sambil menunggu perbaikan keadaan umum, atau rujukan.
Cara
pemasangan tampon kondom menurut Metode Sayeba adalah secara aseptik kondom
yang telah diikatkan pada kateter dimasukkan kedalam cavum uteri. Kondom diisi
dengan cairan garam fisiologis sebanyak 250-500 cc sesuai kebutuhan. Caranya
dengan menghubungkan ujung poli kateter dengan infus set dan garam fisiologi,
Kemudian dilakukan observasi perdarahan, jika berkurang atau berkurang maka
pengisian kondom dihentikan dan ujung kateter diikat dan infus set diklem atau
dikunci.
Cara Untuk
menjaga kondom agar tetap di cavum uteri, dipasang tampon kasa gulung di
vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kassa akan basah dan darah keluar dari
introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga dengan pemberian drip oksitosin
paling tidak sampai dengan 6 jam kemudian. Dirumah sakit diberikan antibiotika
tripel, Amoksisilin, Metronidazol dan Gentamisin. Kondom kateter dilepas 24 –
48 jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan berat kondom dapat dipertahankan
lebih lama.
KIta
berharap dengan bidan menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan
perdarahan, dalam kondisi mengegangkan bidan tetap bisa bekerja dengan tepat
dan cepat menyelamatkan nyawa ibu bersalin.
Terakhir
sebuah doa dan pengharapan, Semoga Allah SWT selalu membimbing kita dalam
bertindak, menangani setiap kondisi yang terjadi saat persalinan.
Daftar
pustaka :
Adjar Wibowo. Penggunaan kondom kateter pada penanganan perdarahan post partum. Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unlam/RSUD ulin Banjarmasin
JNPK-KR, 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Dep Kes RI : Jakarta
Rahman, Nurhadi. Kondom Hidrostatik Tamponade Intrauterine. POGI Muda-Dept Obsgin FK UGM : Yogyakarta
Prawitasari, Shinta. Tehnik Pemasangan Kondom Kateter dan Balon Kateter. Subdivisi obginsos FK UGM : Yogyakarta
Adjar Wibowo. Penggunaan kondom kateter pada penanganan perdarahan post partum. Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unlam/RSUD ulin Banjarmasin
JNPK-KR, 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Dep Kes RI : Jakarta
Rahman, Nurhadi. Kondom Hidrostatik Tamponade Intrauterine. POGI Muda-Dept Obsgin FK UGM : Yogyakarta
Prawitasari, Shinta. Tehnik Pemasangan Kondom Kateter dan Balon Kateter. Subdivisi obginsos FK UGM : Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar