“ GANGGUAN PSIKOLOGI PADA KEHAMILAN “
Dosen Pengampu : Farida Arintasari, S. SiT
Disusun Oleh
Lina Fathma
121150
AKADEMI KEBIDANAN ABDI HUSADA
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas
kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat, hidayah,serta inayahnya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah psikologi yang berjudul “ GANGGUAN
PSIKOLOGI PADA KEHAMILAN “.
Dalam
pembuatan makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari pelbagai pihak .
Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Imbarwati, S.SiT selaku direktur akademi
kebidanan Abdi Husada Semarang.
2.
Farida
Arintasari, S.SiT selaku dosen wali kelas 1 A
3.
Tim dosen
pengampu mata kuliah Psikologi di akademi kebidanan Abdi Husada Semarang
4.
Orang Tua
serta teman-teman yang telah memberikan
dukungan.
Kami juga menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, karena terbatasnya kemampuan dan waktu
yang kami miliki.Oleh karena itu pendapat serta saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan dan wawasan kami.
Demikian makalah ini dibuat mudah-
mudahan bermanfaat bagi kami pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehamilan
terjadi karena direncanakan dan juga
karena tidak disengaja. Bisa juga terjadi kesulitan untuk hamil, dari sample
beberapa wanita ada yang hamil setelah 6 bulan, ada yang 10 bulan sampai 1tahun
menikah baru bisa hamil.
Periode
kehamilan adalah suatu kondisi yang dipersiapkan secara fisik dan psikologis
untuk kelahiran dan menjadi orang tua. Pada periode ini terutama perempuan yang
sehat akan mencari petunjuk dan perawatan secara teratur. Kunjungan kehamilan
biasanya dimulai segera setelah tidak mendapat haid, sehingga bisa
diidentifikasi diagnosis dan perawatan terhadap kelainan yang mungkin muncul
padda ibu hamil. Ibu dan keluarganya membutuhkan dukungan karena stress dan
proses belajar menjadi orang tua baru.
Wanita
segala umur selama beberapa bulan kehamilannya beradaptasi untuk berperan
sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan kognitif.
Pada kehamilan tidak ada yang berbeda. Kehamilan adalah suatu krisis yang
mematangkan dan dapat menimbulkan stress tetapi imbalannya adalah wanita
tersebut siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggung jawab dan menyiapkan
peran barunya. Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri,
punya kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggung jawab kepada makhluk
lain.
Perkembangan
ini membutuhkan suatu tugas perkembangan yang pasti dan tuntas yang mencakup
menerima kehamilan, mengidentifikasi peran sebagai ibu, membangun kembali
hubungan dengan ibunya, dengan suaminya, dengan bayi yang dikandungnya serta
menyiapkan kelahiran anaknya. Dukungan suami secara emosional adalah faktor
yang penting untuk keberhasilan tugas perkambangan ini.
Tujuan :
Agar
mahasiswa mengetahui dan memahami apa saja gangguan-gangguan psikologis yang
dialami oleh ibu pada saat hamil.
Metode :
Metode
yang digunakan dalam penyusunan masalah ini
adalah bersumber dari buku dan internet.
GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA IBU
HAMIL
Wanita hamil secara ekstrim rentan. Selama kehamilan
banyak wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Ada wanita yang mengatakan betapa bahagianya
dia karena akan menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan nama untuk
bayi yang akan dilahirkannya. Namun ada juga wanita yang merasa khawatir kalau
terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir dia kehilangan kecantikannya
khawatir bayinya tidak normal, takut mati. Ini membuat banyak wanita lebih
tergantung dan menuntut.
Sebagai seorang bidan, kita harus menyadari adanya perubahan-perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan memperhatikan keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan.
Trimester pertama adalah saat yang spesial karena seorang ibu akan menyadari kehamilannya. Selama kehamilan sedapat mungkin wanita hamil harus beradapatasi dengan kondisi psikologisnya. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Segala perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama.
Para wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan psikologisnya, jika mereka multigravida kecemasan yang terjadi berhubungan dengan pengalaman yang lalu.
Perubahan Psikologis Pada kehamilan Trimester I
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasari pada teori Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas.
Trimester pertama adalah saat yang spesial karena seorang ibu akan menyadari kehamilannya. Selama kehamilan sedapat mungkin wanita hamil harus beradapatasi dengan kondisi psikologisnya. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Segala perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama.
1. Stress intrinsik : tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha untuk membuat sempurna mungkin baik dalm kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan sosialnya secara professional.
2. Stress ekstrinsik : timbul karena factor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
Selama trimester I, aktifitas seksual cenderung menurun, sebagian besar karena ketidaknyamanan fisik dan banyak pasangan lebih berkonsentrasi terjadinya keguguran terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat keguguran.
Latihan-latihan yang paling menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan dengan gerakan yang menguatkan dinding perut untuk membantu menopang uterus dan otot pinggul yang akan anda butuhkan untuk mendorong. Latihan kaki juga penting untuk meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot yang merupakan sesuatu yang biasa dalam kehamilan.
· IBU :
Sebagai seorang bidan, kita harus menyadari adanya perubahan-perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan memperhatikan keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan.
Trimester pertama adalah saat yang spesial karena seorang ibu akan menyadari kehamilannya. Selama kehamilan sedapat mungkin wanita hamil harus beradapatasi dengan kondisi psikologisnya. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Segala perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama.
Para wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan psikologisnya, jika mereka multigravida kecemasan yang terjadi berhubungan dengan pengalaman yang lalu.
Perubahan Psikologis Pada kehamilan Trimester I
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasari pada teori Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas.
Trimester pertama adalah saat yang spesial karena seorang ibu akan menyadari kehamilannya. Selama kehamilan sedapat mungkin wanita hamil harus beradapatasi dengan kondisi psikologisnya. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Segala perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama.
1. Stress intrinsik : tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha untuk membuat sempurna mungkin baik dalm kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan sosialnya secara professional.
2. Stress ekstrinsik : timbul karena factor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
Selama trimester I, aktifitas seksual cenderung menurun, sebagian besar karena ketidaknyamanan fisik dan banyak pasangan lebih berkonsentrasi terjadinya keguguran terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat keguguran.
Latihan-latihan yang paling menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan dengan gerakan yang menguatkan dinding perut untuk membantu menopang uterus dan otot pinggul yang akan anda butuhkan untuk mendorong. Latihan kaki juga penting untuk meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot yang merupakan sesuatu yang biasa dalam kehamilan.
· IBU :
·
Terbuka atau diam-diam,
·
Perasaan ambivalent terhadap
kehamilannya,
·
Berkembang perasaan khusus,
·
mulai tertarik karena akan
menjadi ibu,
·
Antipati karena ada perasaan
tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak menginginkan kehamilan
·
Perasaan gembira
·
Ada perasaan cemas
karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu
·
Menerima atau menolak perubahan
fisik
SUAMI :
Berbeda, tergantung dari : usia, jumlah anak, interes terhadap anak, stabilitas ekonomi
Menerima atau menolak keadaan istrinya yang bisa disebabkan karena adanya gangguan komunikasi
Toleransi terhadap kebutuhan seksual, dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Suami dapat menjadi stress, untuk mengatasinya membuat kegiatan di luar rumah
Perubahan Psikologis Pada kehamilan Trimester II
Pada trimester kedua, ibu sudah terbiasa dengan kehamilannya. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif, ibu dapat merasakan gerakan janinnya, dan merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang di luar dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasakan terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase :
1. prequickeckening (sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu)
2. postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu)
· IBU :
Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata
Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia menerima dan menganggap sebagai bagian dari dirinya
Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Mencari perhatian suami
Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya
Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan bayinya
Perasaan cenderung lebih stabil
· SUAMI :
Merasa senang dengan pergerakan janin
Melibatkan diri dengan masalah kehamilan istrinya
Memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh istrinya
Bila merasa gagal dalam memberikan perhatian ini, suami menghabiskan waktu diluar rumah
Bila berhasil, perhatian yang diberikan lebih besar lagi
Berbeda, tergantung dari : usia, jumlah anak, interes terhadap anak, stabilitas ekonomi
Menerima atau menolak keadaan istrinya yang bisa disebabkan karena adanya gangguan komunikasi
Toleransi terhadap kebutuhan seksual, dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Suami dapat menjadi stress, untuk mengatasinya membuat kegiatan di luar rumah
Perubahan Psikologis Pada kehamilan Trimester II
Pada trimester kedua, ibu sudah terbiasa dengan kehamilannya. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif, ibu dapat merasakan gerakan janinnya, dan merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang di luar dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasakan terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase :
1. prequickeckening (sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu)
2. postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu)
· IBU :
Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata
Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia menerima dan menganggap sebagai bagian dari dirinya
Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Mencari perhatian suami
Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya
Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan bayinya
Perasaan cenderung lebih stabil
· SUAMI :
Merasa senang dengan pergerakan janin
Melibatkan diri dengan masalah kehamilan istrinya
Memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh istrinya
Bila merasa gagal dalam memberikan perhatian ini, suami menghabiskan waktu diluar rumah
Bila berhasil, perhatian yang diberikan lebih besar lagi
Perubahan Psikologis Pada kehamilan Trimester III
· IBU :
Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image
Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan tajut perhatian suami berpaling atau tidak menyenagi kondisinya
6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya
Adanya perasaan tidak nyaman
Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan
Menyibukkan diri dalam persiapan mengahadapi persalinan
• SUAMI :
Meningkatnya perhatian pada kehamilan istrinya
Meningkatnya tanggung jawab finansial
Perasaan takut kehilangan istri dan bayinya
Adaptasi terhadap pilihan senggama karena ingin membahagiakan istrinya
KECEMASAN PADA SAAT
KEHAMILAN
Kehamilan merupakan
salah satu ekspresi perwujudan diri, perwujudan identitas sebagai calon ibu dan
ayah. Kebanggaan tersendiri bagi wanita dan mewujudkan feminisme, dan untuk
menunjukkan jati diri seorang wanita tersebut kadang – kadang memrlukan biaya
yang tidak sedikit, lagipula dengan adanya program KB ini maka keselamatan
dalam kehamilan sangat diperhatikan (1).
Seorang wanita hamil tidak hanya mengalami
proses – proses somatik, tetapi juga mengalami implikasi – implikasi psikologik
yang mendalam dan membekas. Perkembangan proses somatik banyak ditentukan oleh
keadaan anatomik dan fisiologi, sedang sifat – sifat pengalaman fisiologis
sangat erat hubungannya dengan perasaan ibu terhadap dirinya sendiri, terhadap
anak yang dikandungnya, terhadap suaminya, dan juga terhadap lingkungan
sekitarnya.
Kehamilan dan persalinan adalah salah satu rantai kejadian dalam
perkembangan manusia dari lahir sampai mati. Dan setiap perubahan – perubahan
kehidupan merupakan stressor pada kehidupan. Pada sebagian wanita, kehamilan
dan persalinan merupakan stressor yang minimal dan sebagian besar merupakan
saat yang membahagiakan dalam kehidupan. Kemampuan dalam menghadapi keadaan
tersebut tergantung pada usia, pendidikan, maturitas, kepribadian, pengalaman kehamilan
dan persalinan sebelumnya, dan keadaan sosial ekonomi.(2)
Perasaan cemas seringkali menyertai kehamilan terutama pada seorang
ibu yang labil jiwanya. Kecemasan ini mencapai klimaksnya nanti pada saat
persalinan. Rasa nyeri pada waktu persalinan sudah sejak dahulu menjadi pokok
pembicaraan para wanita. Oleh karena itu banyak calon ibu yang muda belia
menghadapi kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas.(3) Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
wanita – wanita yang mengalami kecemasan sewaktu hamil akan lebih banyak
mengalami persalinan abnormal.(4)
Sekarang disadari bahwa penyakit dan komplikasi obstetrik tidak
hanya disebabkan gangguan organik. Beberapa diantaranya ditimbulkan atau
diperberat oleh gangguan psikologik seperti hiperemesis gravudarum, abortus,
pre – eklampsi dan eklampsi, serta persalinan lama.(5)
Mengingat kecemasan mempunyai akibat yang buruk pada kehamilan maka
perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengobatan bila diperlukan agar tidak
menimbulkan komplikasi dan penyakit pada kehamilan.
A. Kecemasan
1.
Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap perubahan lingkungan yang
membawa perasaan yang tiodak senang atau tidak nyaman yang disebabkan oleh
dugaan akan bahaya atau frustasi yang mengancam, membahayakan rasa aman,
keseimbangan atau kehidupan seorang individu atau kelompok biososialnya.(6) Selain itu kecemasan adalah perasaan yang
menyebar, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang
sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini sering disertai dengan satu atau
beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi
seseorang. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di pusat perut, dada sesak,
jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala, rasa ingin bergerak dan gelisah.(7)
Pada umumnya para ahli membedakan antara kecemasan dan ketakutan.
Ketakutan merupakan respon terhadap bahaya dari luar yang sifatnya nyata,
sedangkan pada kecemasan bahaya itu kabur. Misalnya adanya perasaan tertentu
yang muncul di bawah kesadaran. Hal ini dapat terjadi karena kekecewaan,
ketidakpuasan, tidak aman atau adanya permusuhan dengan orang lain.(8)
1.
Psikodinamika Kecemasan
Freud menyatakan bahwa pengalaman tidak menyenangkan ditekan dari
alam kesadaran ke alam tidak sadar ( unconcious ) adalah untuk menghindari
realitas. Terdapat 3 komponen mental menurut Freud yaitu id, Ego dan superego
yang mewakili kesadaran dan pribadi individu menerima stimulasi dari lingkungan
hidup melalui kelima panca indra dan bertugas memperingatkan individu untuk
bersiaga dalam menentukan respon tertentu terhadap stimulaasi tersebut..
Kecuali stimulasi dari lingkungan, ego juga menerima stimulasi dari dunia
psikis yang dalam atau dunia bawah sadar. Apabila stimulasi dari dunia bawah
sadar ini bersifat mengancam, lahirlah kecemasan.3
1.
Manifestasi Kecemasan
Apabila seseorang mengalami kecemasan, maka manifestasi yang
ditampakkan adalah : berkeringat, dada berdebar-debar, tangan gemetar, otot
menegang dan mungkin bicaranya juga tidak lancar.
Bentuk dari kecemasan memang bermacam-macam. Para
ahli membaginya dalam 2 tingkat :
a. Tingkat psikologis, yaitu kecemasan yang berwujud sebagai gejala
–gejala kejiwaan, seperti tegang,bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi,
perasaan tidak menentu.
b. Tingkat fisiologis, yaitu kecemasan yang sudah mempengaruhi atau
terwujud pada gejala –gejala fisik, terutama pada fungsi saraf, misalnya tidak
dapat tidur, jantung berdebar-debar, keringat berlebihan, sering mual, gemetar,
muka merah dan sukar bernafas.
Pada saat timbul kecemasan seseorang akan sering bertindak untuk
menghadapi segala kemungkinan melawan atau melarikan diri (fight or flight
reaction). Seseorang penderita kecemasan akan melakukan mekanisme pembelaan
tertentu, dapat berupa regresi, depresi, rasionalisasi, menarik diri, agresi
salah pindah, proyeksi, identifikasi dan lain-lain tergantung kepribadian orang
tersebut dan juga pada pengaruh lingkungan sosial yang dapat berupa pandangan
hidup, kepercayaan masysrakat, adat istiadat dalam keluarga, pengaruh teman dan
sebagainya.
4. Konsep-Konsep Kecemasan
Konsep kecemasan dalam faham eksistensialisme mengemukakan bahwa
eksistensi manusia adalah seseuatu yang berciri khas baginya. Dalam eksistensi
manusia yang otentik, manusia itu penuh bertanggung jawab atas perbuatannya
dalam kehidupannya. Dalam usahanya untuk mencapai eksistensi yang otentik
manusia akan mengalami kecemasan eksistensial. Hal ini berarti dia harus
mengakui antara lain keterbatasan dirinya, kekurangan-kekurangannya, dan
akhirnya akan mati. Dalam rangka pemikiran yang demikian, maka kecemasan adalah
cirir yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dan lebih daripada
itu merupakan ciri khas dari kemanusiaannya. Manusia adalah makhluk yang
memproyeksikan dirinya ke masa depan sehingga berusaha mengembangkan seperti
potensi dan kemampuan yang dimilikinya, dengan memperhitungkan segala resiko
dan kegagalan, sehingga timbullah perasaan was-was cemas, dan tidak menentu.9
Kecemasan dianggap hal yang patologis apabila:
· Kecemasan ini timbul hanya karena peristiwa kecil atau terjadi
tanpa sebab.
· Kecemasan ini luar biasa (demikian hebat) dan persisten.10
B. Kehamilan Sebagai
Pencetus Kecemasan
Kehamilan menandai akan hadirnya manusia baru dengan segala
kemungkinan, harapan, kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin
telah siap menampung hasil pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu
siap. Pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan
atau pengalaman sendiri pada kehamilan sebelumnya akan ikut mempengaruhi makna
kehamilan tersebut. 11
Seorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalensi. Suatu
perasaan yang bersifat menginginkan dan menolak terhadap kehadiran bayinya.
Perasaan menginginkan, kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara
bebas dan tidak menimbulkan perasaan bersalah, ketakutan, dan kecemasan.
Perasaan menolak kurang dapat diekspresikan secara bebas serta kadang-kadang
perasaan ini sebagian besar tidak disadari. Perasaan menolak meliputi cemas dan
takut akan sakit waktu melahirkan, terutama kelainan pada persalinan
sebelumnya, kehilangan sifat menarik, perasaan tidak nyaman akibat pembesaran
abdomen, terganggunya pekerjaan dan aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan
merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas atau bertanggung jawab sebagai ibu.
2,3
Pada umumnya peristiwa kehamilan itu akan diterima dengan baik oleh
si ibu, gangguan-gangguan yang dideritanya, pembatasan-pembatasan yang
dialaminya, serta perubahan-perubahan yang ditimbulkannya akan diterima dengan
baik. Bahkan rasa takut menghadapi partusnya dapat diatasi atau diimbangi
dengan harapan memperoleh anak yang menjadi buah hatinya dan sebagai pengikat
cinta mesra suami terhadap dirinya, lebih-lebih kalau hal itu ditambah
keyakinan bahwa ia akan mendapat pertolongan yang diperlukan tepat pada
waktunya. Sikap jiwa yang positif demikian ini merupakan inti dari kesehatan
jiwa, biasanya telah diawali keadaan yang menguntungkan bagi si ibu seperti
tersebut dibawah ini :
1. Ibu sendiri telah mengalami masa kanak-kanak yan menyenangkan.
2. Anak yang dikandungnya memang merupakan ‘a wanted child’, baik
oleh ibu sendiri maupun oleh suaminya.
3. Ibu itu tidak khawatir akan kekurangan atau kesulitan materiil,
misalnya biaya perawatan, perumahan, pendidikan, dan nasib anaknya yang akan
datang.
4. Bagi ibu yang beragama, maka kehamilannya akan dipandang sebagai
nikmat anugerah dari Tuhan.
Sebaliknya ada sebagian wanita yang menghadapi peristiwa kehamilan
dengan sikap yang negatif. Sikap negatif yang ditunjukkan oleh ibu itu
berpangkal pada 2 kompleks gangguan psikologis, yaitu :
· Ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran akan nasib anaknya
yang akan dilahirkan.
· Rasa penolakan terhadap anak yang dikandungnya.
Mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran terhadap
anaknya dapat diuraikan menjadi 2 bentuk kecemasan :
1. Kecemasan terhadap diri sendiri, dan
2. Kecemasan terhadap anaknya 13.
· Ketakutan dam Kekhawatiran
1. Kecemasan terhadap diri sendiri
Umumnya kecemasan berhubungan denngan kesehatan dan keselamatan,
wanita cemas terhadap kemungkinan komplikasi waktu hamil dan waktu bersalin,
cemas terhadap nyeri waktu bersalin, kekhawatiran tidak segera memperoleh
pertolongan ataupun perawatan yang semestinya dan mungkin pula cemas terhadap
ancaman bahaya maut. Bahkan kadang-kadang dapat timbul asa cemas yang tidak
langsung berhubungan dengan proses kehamilannya, misalnya soal rumah tangga,
mata pencaharian suaminya ataupun mengenai hubungan dengan suaminya.
2. Kecemasan terhadap anaknya
Kecemasan ini antara lain mengenai cacat, perlukaan, keguguran,
kematian dalam kandungan, kemungkinan beranak kembar, dan kapasitas anaknya.
Berbagai perasaan cemas ini akan mudah timbul apabila si ibu itu
sendiri telah mengalami, melihat, ataupun mendengar hal-hal yang tidak
diinginkan telah menimpa tetangganya, saudaranya, atau temannya.
· Rasa penolakan
Tidak semua bayi yang dilahirkan di dunia ini diinginkan oleh
keluarganya sehingga tidak jarang dilakukan usaha-usaha untuk menghilangkan
atau menggugurkannya. Catatan statistik tidak dapat menunjukkan angka yang
pasti karena pengguguran umumnya dirahasiakan. Yang masuk catatan statistik
apabila usaha menggugurkan tidak berhasil dan atau menimbulkan
komplikasi-komplikasi sehingga wanita terpaksa dirawat di rumah sakit. Rasa
penolakan terhadap anak tidak selalu berupa usaha untuk menggugurkan, akan
tetapi sering dicerminkan dalam sikap tingkah laku si ibu, misalnya terkejut,
menyesal waktu mengetahui bahwa ia hamil atau bersikap murung selama kehamilan.
Rasa penolakan akan dipersubur jika dari pihak suami juga tidak menginginkan
anak itu. Dalam pada itu kehamilan yang terjadi di luar perkawinan yang sah
tidak selalu disertai rasa penolakan terhadap anak yang dikandungnya 14.
C. Masa Kehamilan dan
Kecemasan
a. Trimester pertama
Adaptasi psikologik terhadap kehamilan bervariasi pada perjalanan
kehamilan 12. Setelah hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa wanita tersebut hamil,
beberapa perubahan penting terjadi pada minggu-minggu berikutnya.
§ Perubahan dalam harapan-harapan seperti rancangan karir, kebebasan
individu, dan menjadi seorang ibu.
§ Perubahan pada konfirmasi tubuh seperti kegemukan dan timbulnya
garis-garis pada perut.
§ Perubahan dalam hubungan dengan individu lain.
Perubahan diatas menyebabkan wanita hamil merasa cemas, gusar,
ketakutan, dan perasaan panik. Dalam pikiran kehamilan merupakan ancaman,
kegawatan, menakutkan, dan membahayakan diri mereka. Mereka tidak hanya menolak
kehamilan akan tetapi berusaha pula untuk menggugurkan bahkan mencoba bunuh
diri 14.
Komplikasi kehamilan pada trimester ini adalah hiperemis gravidarum
dan abortus.
- Hiperemis Gravidarum
Kehamilan yang paling sering disertai gangguan psikis adalah
hiperemis gravidarum 15. Hiperemis gravidarum selain disebabkan kelainan organik
(hiperaciditas lambung, kadar HCG yang tinggi), faktor-faktor psikis sering
menjadi dasar penyakit ini misalnya ketidakmatangan psikoseksual, pertentangan
dengan suami atau dengan ibu mertua, kesulitan sosial ekonomi, ketakutan atau
kecemasan dalam persalinan nanti 16. Muntah-muntah yang berlebihan
merupakan komponen reaksi psikologis terhadap situasi tertentu dalam kehidupan
wanita. Tanpa itu biasanya wanita hamil muda hanya menderita rasa mual dan
muntah sedikit-sedikit (emesis gravidarum) 5.
- Abortus
Abortus habitualis dapat disebabkan oleh faktor-faktor psikologis
seperti pertentangan emosional yang telah ada sebelumnya atau yang timbul
selama kehamilan. Pemikiran dan kecemasan/ketakutan akan beban-beban dan
tanggung jawab dalam hubungannya tugas sebagai istri/ibu, akan menimbulkan
pertentangan emosional yang hebat pada seorang muda usia mungkin pula abortus
habitualis dipengaruhi kecemasan akibat kurangnya perhatian atau pengertian
dari pihak suami dan kurangnya bantuan moral dari pihak keluarga,
kawan-kawannya serta dari pihak dokter 16.
b. Trimester kedua
Dengan berlanjutnya proses kehamilan, wanita hamil mengalami
perubahan fokus emosi. Pada trimester kedua ini identifikasi kehamilan sebagai
konsep abstrak telah berubah menjadi identifikasi yang nyata 6.
Pada masa ini wanita cenderung untuk memikirkan kesehatan kandungannya, keadaan
janin, dan berfantasi akan angan-angan yang akan dicapainya pada lelahiran
nanti 12.
c. Trimester ketiga
Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas
yang nyata. Sebagian belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya
dan yang lainnya dapat mengatasi kecemasan tersebut dengan baik 7.
Alasan yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan adalah kecemasan mengenai
ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya 14.
Komplikasi obstetri pada trimester ini adalah pre-eklamsi dan
eklamsi.
Ø Pre-eklamsi dan Eklamsi
Pada penyelidikan akhir-akhir ini menunjukkan kemungkinan bahwa
pre-eklamsi dan eklamsi mempunyai latar belakang psikosomatis 5.
Secara psikologis penyakitnya menunjukkan diri dalam sikap yang kurang wajar,
perasaan bersalah, berdosa ataupun cemas terhadap kehamilannya, dan
kadang-kadang walaupun jarang ada kecenderungan untuk bunuh diri 8.
Ø Partus prematurus
Partus prematurus dapat disebabkan oleh ketegangan psikis, tekanan
kehidupan modern, dan diikutsertakan wanita dalam industri. Selanjutnya dapat
dibuktikan bahwa frekuensi prematuritas diantara wanita-wanita yang bekerja di
kota-kota besar makin meningkat dari tahun ke tahun. Demikian pula wanita yang
belum nikah sering melahirkan sebelum waktunya, sehingga kehamilan diluar
perkewinan dapat dianggap sebagai faktor etiologik bagi prematuritas 16.
D. Penanggulangan
Kecemasan Dalam Kehamilan
Seorang ibu yang tabah akan berusaha menguasai keadaan dan
menganggap saat melahirkan sebagai suatu puncak yang telah dapat dilalui akan
mendatangkan kebahagiaan. Keadaan tersebut tidak demikian bila ibu itu tidak
kuat jiwanya sehingga ia akan dihantui rasa cemas. Pemeriksaan psikiatrik harus
dilakkukan pada wanita hamil yang pada anamnesa menunjukkan secara psikologis
berisiko tinggi.
Kebutuhan ketergantungan selama kehamilan terdapat pada sebagian
besar wanita hamil. Mereka percaya pada pengobatan dan anjuran-anjuran yang
diberikan oleh dokter. Penanganan efektif yang terbaik adalah hubungan yang
baik dan erat antara pasien dan dokter 12.
Tidak boleh dilupakan agar terselenggara hubungan batin yang
sebaik-baiknya, sehingga usaha memberi pertolongan dapat dipermudah diantaranya
adalah pengawasan dan bimbingan bagi wanita hamil untuk bersikap jiwa positif
dan mengurangi ataupun mengubah sikap jiwa yang negatif.
Dengan pemberian penerangan, penjelasan, dan pengertian mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga termasuk peristiwa kehamilan dan
persalinan diharapkan dapat menimbulkan sikap jiwa yang positif. Adanya
pengertian dan perhatian dari pihak suami, keluarga, teman-teman, dan dokter
dapat memberikan dukungan moral yang diperlukan dan untuk mengembalikan
kepercayaan pasien. Pengertian dan perhatian dianggap sama baiknya dengan pengobatan
medis 5.
PENUTUP
KESIMPULAN
Gangguan psikologi
yang dialami ibu saat hamil diantaranya adalah Ambivalen, cemas, depresi,
murung, dan perubaha citra tubuh. Ganguan psikologi tersewbut merupakan sesuatu
yang wajar dialami oleh seorang wanita pada saat kehamilan.
SARAN
Sebaiknya seorang
wanita yang sedang hamil harus didukung secara psikologi oleh keluarga yaitu
orang tua, suami, saudara dekat yang berada dalam lingkungannya, sehingga akan
mengurangi gangguan-gangguan psikologi yang dialami oleh wanita hamil dan
membantu mencoba untuk mengatasi dan mengurangi gangguan-gangguan psikologi
tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar