Kamis, 16 Mei 2013



MAKALAH KOMUNIKASI KEBIDANAN
“STUDY KASUS ( Budaya Papua)”
Dosen Pengampu: Frida Cahyaningrum S.SiT
  
Disusun oleh:
Lina fathma
(121150)

 AKADEMI KEBIDANAN ABDI HUSADA SEMARANG  
TAHUN AJARAN 2013


           DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR          ..........................................................  i
DAFTAR  ISI                                    ............................................  ii
BAB I PENDAHULUAN    ..........................................................  1
           A. Latar Belakang       .........................................................  1
           B. Tujuan                    .........................................................  2
           C. Rumusan Masalah  .........................................................  2
           D. Tujuan                    .........................................................  2
BAB II PEMBAHASAN      ..........................................................  3
           A. Budaya Sunat di Papua     ..............................................  3
           B. Budaya Perkawinan di papua        ..................................  4
           C. Budaya Kelahiran di Papua           ..................................  4
           D. Budaya Kematian di Papua           ..................................  5
BABIII PENUTUP               ..........................................................  6
           A. Kesimpulan            ..........................................................  6
           B. Saran                      ..........................................................  6
DAFTAR PUSTAKA           ..........................................................  7






KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalahnya dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyelesaikan makalah yang berjudul “STUDY KASUS ( Tradisi Daerah Papua yang Berkaitan Dengan Kesehatan ). Makalah ini dibuat sebagai syarat pemenuhan tugas dari Mata Kuliah Komunikasi Kebidanan.
Dalam kesempatan yang baik ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih pada dosen pengampu Komunikasi Kebidanan Frida Cahyaningrum S.SiT karena bimbingan beliau penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Rasa terima kasih juga penulis ucapkan berkat kerjasama kita sebagai kelompok sehingga makalah ini terbentuk dan selesai dengan baik.
penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memiliki banyak keterbatasan, sehingga jika pembaca menemukan kekurangan atau kekeliruan, dengan hati terbuka penulis menerima saran dan kritiknya.
Akhirnya, penulis ucapkan terima kasih dan selamat membaca, semoga kita dapat memanfaatkan makalah ini bersama – sama.

Semarang, 16 Mei 2013

Lina fathma



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
 Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya adalah aturan dan norma-norma yang telah mendarah daging disuatu daerah salah satunya adalah Papua. Di Papua banyak sekali terdapat banyak sekali budaya yang menyimpang dari kesehatan, mulai dari budaya khitan, perkawinan, kelahiran, dan kematian. Semua budaya tersebut menyalahi kaidah kesehatan yang seharunya ditegakkan. Meskipun tidak semua suku papua yang menganut budaya tersebut, tetapi ini adalah sample dari kasus yang harus diperhatikan oleh pemerintah.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1.      Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
    • alat-alat teknologi
    • sistem ekonomi
    • keluarga
    • kekuasaan politik
  1. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
    • sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
    • organisasi ekonomi
    • alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
    • organisasi kekuatan (politik)

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.


B.     Tujuan
Agar mengetahui budaya pada suatu daerah yang masih melanggar atau menyimpang dari kaidah kesehatan.

C.     Rumusan Masalah
Apa yang menjadi penyebab masalah kesehatan terkait dengan kebudayaan masyarakat disuatu daerah ?

D.    Manfaat
Dapat memberikan informasi mengenai kebudayaan yang menyimpang dari kaidah kesehatan sehingga dapat memberikan penanganan yang lebih dini serta membantu pemerintah untuk mengetahui masalah kesehatan sehingga dapat menekan angka kesakitan dan kematian mulai dari dini.

BAB II
PEMBAHASAN
“STUDY KASUS (Budaya Papua)”


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
 Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya adalah aturan dan norma-norma yang telah mendarah daging disuatu daerah salah satunya adalah Papua. Di Papua banyak sekali terdapat banyak sekali budaya yang menyimpang dari kesehatan, mulai dari budaya khitan, perkawinan, kelahiran, dan kematian. Semua budaya tersebut menyalahi kaidah kesehatan yang seharunya ditegakkan. Meskipun tidak semua suku papua yang menganut budaya tersebut, tetapi ini adalah sample dari kasus yang harus diperhatikan oleh pemerintah.
A.    Budaya Sunat di Papua
Di Papua, seorang anak laki-laki yang beranjak dewasa harus melalui ritual berhubungan fisik dengan laki-laki yang lebih tua. Dipercaya “asupan kekuatan” dari laki-laki dewasa itu akan membantu si remaja  tumbuh menjadi pria yang maskulin. Gilbert H. Herd dalam bukunya Ritualized Homosexuality in Melanesia mengatakan bahwa upacara homoseksual ini ditemukan pada beberapa suku di pantai selatan Papua antara Pantai Kasuari, di kabupaten Asmat, Kolepom, Marind-Anim, juga beberapa tempat di Sungai Fly, Papua Nugini.
Sementara bagi perempuan di suku Kelepom, Papua, yang memasuki masa puber melakukan hubungan seks secara heteroseksual dengan lelaki yang sudah menikah. Ia menjadi suatu pelengkap dalam upacara inisiasi untuk membuktikan masa kedewasaan perempuan.Ketika ritual inisiasi dilangsungkan, seorang lelaki atau perempuan dianggap sudah menjadi bagian dari masyarakat yang siap memegang tanggung jawab dan menikah. Di sejumlah daerah, ritual pernikahan ini melibatkan bukan hanya aktivitas heteroseksual tapi juga homoseksual.

B.     Budaya Perkawinan di Papua

Persetubuhan heteroseksual sebelum menikah juga merupakan bagian dari upacara adat dalam kebudayaan Papua, terutama di kalangan orang Purari, Kiwai, Marind, Kolepom, dan Asmat. Di kalangan orang Marind, misalnya, persetubuhan ditegaskan untuk menghasilkan cairan seksual guna meningkatkan kesuburan, mempersiapkan diri sebelum memasuki kehidupan perkawinan (konsep kedewasaan), membuka kebun, awal kegiatan pengayauan, keseimbangan lingkunggan, pengobatan, kekuatan magi, dan kepemimpinan. Ia mempunyai makna untuk menata kehidupan warganya.
Menurut A.E. Dumatubun dalam “Pengetahuan, Perilaku Seksual Suku Bangsa Marind-Anim” yang dimuat di Jurnal Antropologi Papua, April 2003, dasar utama dari berbagai aktivitas seksual, baik secara homoseksual maupun heteroseksual, di kalangan suku Marind-Anim itu berlandaskan pada konsep “kebudayaan semen“ atau “kebudayaan sperma”. Sperma merupakan kekuatan yang diperoleh dari seorang pria yang perkasa dan kuat. Sperma berhubungan dengan konsep kesuburan, kecantikan, kekuatan penyembuhan, dan kekuatan mematikan. Sehingga di dalam aktivitas hidup suku Marind-Anim konsep sperma memainkan peranan penting.

C.     Budaya Kelahiran di Papua
Di Mamberamo, seorang ibu yang akan melahirkan akan pergi ke sungai, berdiri di atas batuan padat dan memegang sebuah pohon di tepi sungai. Ketika darah mulai menetes buaya menunggu di bawahnya. Saat bayi muncul, sang ibu harus cepat merebut dan berbaring di pinggir sungai untuk memotong tali pusat.
Ibu-ibu suku amungme dan kamoro, melakukan persalinan di dalam kamar mandi. Ruangan tersebut tidak memenuhi syarat dan tidak terjamin kebersihannya sehingga sangat memungkinkan terjadi komplikasi infeksi pada ibu dan bayi. Ibu mulai berada di dalam ruangan yang sempit dan lembab pada awal kala 2 sampai akhir kala 3 yaitu sekitar 40 menit sampai dengan dua jam. Luka-luka perdarahan yang terjadi dalam proses persalinan, sangat rentan untuk terjadinya infeksi pada ibu dan bayi. Rasa pasrah dan tidak waspada dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi, membuat mereka tetap memilih cara seperti itu. Bahkan untuk persalinan yang tak terduga, sering terjadi di atas pasir di pinggir pantai atau di atas rumput di pinggir hutan lokasi meramu dengan beratapkan pohon, beralaskan rumput, dinding semak belukar.
D.    Budaya Kematian di Papua ( Pemotongan Jari)
Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Ungkapan yang begitu mendalam, bahkan harus kehilangan anggota tubuh. Bagi masyarakat pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Bagi masyarakat Baliem Jayawijaya kebersamaan dalam sebuah keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri.
pemotongan jari itu umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Namun tidak menutup kemungkinan pemotongan jari dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak orang tua laki-laki atau pun perempuan. Pemotongan jari tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mencegah 'terulang kembali' malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang yang didalam keluarga yang berduka.





BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
masalah kebudayaan saat ini masih menjadi fenomena kehidupan, salah satunya adalah di Papua. Kebudayaan-kebudayaan Papua banyak yang mengganggu kesehatan, mulai dari khitan, perkawinan, persalinan dan kelahiran. Kebudayaan di Papua sangat mendarah daging sehingga sulit untuk dihapuskan, karena mereka menganggap budaya yang diyakininya yang akan menyelamatkan mereka. Selain karena itu tingkat pengetahuan dan pendidikan yang masih sangat minim sehingga sangat sulit untuk mengubah pola pikir dari daerah tersebut untuk selaras dengan pemerintah menegakkan kesehatan di Indonnesia ini.

B.     Saran
Masalah kebudayaan ini menjadi PR pemerintah dan tenaga kesehatan untuk menekan angka kematian dan kesakitan diindonesia yang merupakan tujuan MDG’s tahun 2015. Agar hal tersebut tercapai hendaknya pemerintah membuat program untuk menyebarluaskan tenaga kesehatan sampai ke daerah pelosok seperti papua, untuk diberikan pelayanan kesehatan dan promosi kesehatan.





DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Midwife Putry salju. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.