Selasa, 21 Januari 2014



GANGGUAN PSIKOLOGI PADA KEHAMILAN “

Dosen Pengampu      : Farida Arintasari, S. SiT






 



Disusun Oleh
Lina Fathma
121150



AKADEMI KEBIDANAN ABDI HUSADA
SEMARANG
2013



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat, hidayah,serta inayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah psikologi yang berjudul “ GANGGUAN PSIKOLOGI PADA KEHAMILAN “.
            Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari pelbagai pihak . Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Dra. Imbarwati, S.SiT selaku direktur akademi kebidanan Abdi Husada Semarang.
2.     Farida Arintasari, S.SiT selaku dosen wali kelas 1 A
3.     Tim dosen pengampu mata kuliah Psikologi di akademi kebidanan Abdi Husada Semarang
4.     Orang Tua serta teman-teman  yang telah memberikan dukungan.

Kami juga menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena terbatasnya kemampuan dan waktu yang kami miliki.Oleh karena itu pendapat serta saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan dan wawasan kami.
Demikian makalah ini dibuat mudah- mudahan bermanfaat bagi kami pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.


                                                Penyusun





PENDAHULUAN


Latar Belakang

            Kehamilan terjadi karena  direncanakan dan juga karena tidak disengaja. Bisa juga terjadi kesulitan untuk hamil, dari sample beberapa wanita ada yang hamil setelah 6 bulan, ada yang 10 bulan sampai 1tahun menikah baru bisa hamil.
            Periode kehamilan adalah suatu kondisi yang dipersiapkan secara fisik dan psikologis untuk kelahiran dan menjadi orang tua. Pada periode ini terutama perempuan yang sehat akan mencari petunjuk dan perawatan secara teratur. Kunjungan kehamilan biasanya dimulai segera setelah tidak mendapat haid, sehingga bisa diidentifikasi diagnosis dan perawatan terhadap kelainan yang mungkin muncul padda ibu hamil. Ibu dan keluarganya membutuhkan dukungan karena stress dan proses belajar menjadi orang tua baru.
            Wanita segala umur selama beberapa bulan kehamilannya beradaptasi untuk berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan kognitif. Pada kehamilan tidak ada yang berbeda. Kehamilan adalah suatu krisis yang mematangkan dan dapat menimbulkan stress tetapi imbalannya adalah wanita tersebut siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggung jawab dan menyiapkan peran barunya. Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri, punya kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggung jawab kepada makhluk lain.
            Perkembangan ini membutuhkan suatu tugas perkembangan yang pasti dan tuntas yang mencakup menerima kehamilan, mengidentifikasi peran sebagai ibu, membangun kembali hubungan dengan ibunya, dengan suaminya, dengan bayi yang dikandungnya serta menyiapkan kelahiran anaknya. Dukungan suami secara emosional adalah faktor yang penting untuk keberhasilan tugas perkambangan ini.


 Tujuan :
            Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa saja gangguan-gangguan psikologis yang dialami oleh ibu pada saat hamil.


   Metode :
            Metode yang digunakan dalam penyusunan masalah ini  adalah bersumber dari buku dan internet.
 
 
GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA IBU HAMIL

Wanita hamil secara ekstrim rentan. Selama kehamilan banyak wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Ada wanita yang mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun ada juga wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir dia kehilangan kecantikannya khawatir bayinya tidak normal, takut mati. Ini membuat banyak wanita lebih tergantung dan menuntut.
Sebagai seorang bidan, kita harus menyadari adanya perubahan-perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan memperhatikan keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan.
Trimester pertama adalah saat yang spesial karena seorang ibu akan menyadari kehamilannya. Selama kehamilan sedapat mungkin wanita hamil harus beradapatasi dengan kondisi psikologisnya. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Segala perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama.
Para wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan psikologisnya, jika mereka multigravida kecemasan yang terjadi berhubungan dengan pengalaman yang lalu.

Perubahan Psikologis Pada kehamilan Trimester I
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasari pada teori Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas.
Trimester pertama adalah saat yang spesial karena seorang ibu akan menyadari kehamilannya. Selama kehamilan sedapat mungkin wanita hamil harus beradapatasi dengan kondisi psikologisnya. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Segala perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama.
1. Stress intrinsik : tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha untuk membuat sempurna mungkin baik dalm kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan sosialnya secara professional.
2. Stress ekstrinsik : timbul karena factor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
Selama trimester I, aktifitas seksual cenderung menurun, sebagian besar karena ketidaknyamanan fisik dan banyak pasangan lebih berkonsentrasi terjadinya keguguran terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat keguguran.
Latihan-latihan yang paling menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan dengan gerakan yang menguatkan dinding perut untuk membantu menopang uterus dan otot pinggul yang akan anda butuhkan untuk mendorong. Latihan kaki juga penting untuk meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot yang merupakan sesuatu yang biasa dalam kehamilan.
· IBU :
·       Terbuka atau diam-diam,
·       Perasaan ambivalent terhadap kehamilannya,
·       Berkembang perasaan khusus,
·       mulai tertarik karena akan menjadi ibu,
·       Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak menginginkan kehamilan
·       Perasaan gembira
·       Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu
·       Menerima atau menolak perubahan fisik
SUAMI :
Berbeda, tergantung dari : usia, jumlah anak, interes terhadap anak, stabilitas ekonomi
Menerima atau menolak keadaan istrinya yang bisa disebabkan karena adanya gangguan komunikasi
Toleransi terhadap kebutuhan seksual, dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Suami dapat menjadi stress, untuk mengatasinya membuat kegiatan di luar rumah
Perubahan Psikologis Pada kehamilan Trimester II
Pada trimester kedua, ibu sudah terbiasa dengan kehamilannya. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif, ibu dapat merasakan gerakan janinnya, dan merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang di luar dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasakan terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase :
1. prequickeckening (sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu)
2. postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu)

· IBU :
Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata
Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia menerima dan menganggap sebagai bagian dari dirinya
Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Mencari perhatian suami
Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya
Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan bayinya
Perasaan cenderung lebih stabil

· SUAMI :
Merasa senang dengan pergerakan janin
Melibatkan diri dengan masalah kehamilan istrinya
Memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh istrinya
Bila merasa gagal dalam memberikan perhatian ini, suami menghabiskan waktu diluar rumah
Bila berhasil, perhatian yang diberikan lebih besar lagi


Perubahan Psikologis Pada kehamilan Trimester III

· IBU :
Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image
Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan tajut perhatian suami berpaling atau tidak menyenagi kondisinya
6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya
Adanya perasaan tidak nyaman
Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan
Menyibukkan diri dalam persiapan mengahadapi persalinan

• SUAMI :
Meningkatnya perhatian pada kehamilan istrinya
Meningkatnya tanggung jawab finansial
Perasaan takut kehilangan istri dan bayinya
Adaptasi terhadap pilihan senggama karena ingin membahagiakan istrinya

KECEMASAN PADA SAAT KEHAMILAN
Kehamilan merupakan salah satu ekspresi perwujudan diri, perwujudan identitas sebagai calon ibu dan ayah. Kebanggaan tersendiri bagi wanita dan mewujudkan feminisme, dan untuk menunjukkan jati diri seorang wanita tersebut kadang – kadang memrlukan biaya yang tidak sedikit, lagipula dengan adanya program KB ini maka keselamatan dalam kehamilan sangat diperhatikan (1).
Seorang wanita hamil tidak hanya mengalami proses – proses somatik, tetapi juga mengalami implikasi – implikasi psikologik yang mendalam dan membekas. Perkembangan proses somatik banyak ditentukan oleh keadaan anatomik dan fisiologi, sedang sifat – sifat pengalaman fisiologis sangat erat hubungannya dengan perasaan ibu terhadap dirinya sendiri, terhadap anak yang dikandungnya, terhadap suaminya, dan juga terhadap lingkungan sekitarnya.
Kehamilan dan persalinan adalah salah satu rantai kejadian dalam perkembangan manusia dari lahir sampai mati. Dan setiap perubahan – perubahan kehidupan merupakan stressor pada kehidupan. Pada sebagian wanita, kehamilan dan persalinan merupakan stressor yang minimal dan sebagian besar merupakan saat yang membahagiakan dalam kehidupan. Kemampuan dalam menghadapi keadaan tersebut tergantung pada usia, pendidikan, maturitas, kepribadian, pengalaman kehamilan dan persalinan sebelumnya, dan keadaan sosial ekonomi.(2)
Perasaan cemas seringkali menyertai kehamilan terutama pada seorang ibu yang labil jiwanya. Kecemasan ini mencapai klimaksnya nanti pada saat persalinan. Rasa nyeri pada waktu persalinan sudah sejak dahulu menjadi pokok pembicaraan para wanita. Oleh karena itu banyak calon ibu yang muda belia menghadapi kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas.(3) Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa wanita – wanita yang mengalami kecemasan sewaktu hamil akan lebih banyak mengalami persalinan abnormal.(4)
Sekarang disadari bahwa penyakit dan komplikasi obstetrik tidak hanya disebabkan gangguan organik. Beberapa diantaranya ditimbulkan atau diperberat oleh gangguan psikologik seperti hiperemesis gravudarum, abortus, pre – eklampsi dan eklampsi, serta persalinan lama.(5)
Mengingat kecemasan mempunyai akibat yang buruk pada kehamilan maka perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengobatan bila diperlukan agar tidak menimbulkan komplikasi dan penyakit pada kehamilan.

A. Kecemasan

1.    Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap perubahan lingkungan yang membawa perasaan yang tiodak senang atau tidak nyaman yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustasi yang mengancam, membahayakan rasa aman, keseimbangan atau kehidupan seorang individu atau kelompok biososialnya.(6) Selain itu kecemasan adalah perasaan yang menyebar, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini sering disertai dengan satu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di pusat perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala, rasa ingin bergerak dan gelisah.(7)
Pada umumnya para ahli membedakan antara kecemasan dan ketakutan. Ketakutan merupakan respon terhadap bahaya dari luar yang sifatnya nyata, sedangkan pada kecemasan bahaya itu kabur. Misalnya adanya perasaan tertentu yang muncul di bawah kesadaran. Hal ini dapat terjadi karena kekecewaan, ketidakpuasan, tidak aman atau adanya permusuhan dengan orang lain.(8)
1.    Psikodinamika Kecemasan
Freud menyatakan bahwa pengalaman tidak menyenangkan ditekan dari alam kesadaran ke alam tidak sadar ( unconcious ) adalah untuk menghindari realitas. Terdapat 3 komponen mental menurut Freud yaitu id, Ego dan superego yang mewakili kesadaran dan pribadi individu menerima stimulasi dari lingkungan hidup melalui kelima panca indra dan bertugas memperingatkan individu untuk bersiaga dalam menentukan respon tertentu terhadap stimulaasi tersebut.. Kecuali stimulasi dari lingkungan, ego juga menerima stimulasi dari dunia psikis yang dalam atau dunia bawah sadar. Apabila stimulasi dari dunia bawah sadar ini bersifat mengancam, lahirlah kecemasan.3
1.    Manifestasi Kecemasan
Apabila seseorang mengalami kecemasan, maka manifestasi yang ditampakkan adalah : berkeringat, dada berdebar-debar, tangan gemetar, otot menegang dan mungkin bicaranya juga tidak lancar.
Bentuk dari kecemasan memang bermacam-macam. Para ahli membaginya dalam 2 tingkat :
a. Tingkat psikologis, yaitu kecemasan yang berwujud sebagai gejala –gejala kejiwaan, seperti tegang,bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu.
b. Tingkat fisiologis, yaitu kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala –gejala fisik, terutama pada fungsi saraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, keringat berlebihan, sering mual, gemetar, muka merah dan sukar bernafas.
Pada saat timbul kecemasan seseorang akan sering bertindak untuk menghadapi segala kemungkinan melawan atau melarikan diri (fight or flight reaction). Seseorang penderita kecemasan akan melakukan mekanisme pembelaan tertentu, dapat berupa regresi, depresi, rasionalisasi, menarik diri, agresi salah pindah, proyeksi, identifikasi dan lain-lain tergantung kepribadian orang tersebut dan juga pada pengaruh lingkungan sosial yang dapat berupa pandangan hidup, kepercayaan masysrakat, adat istiadat dalam keluarga, pengaruh teman dan sebagainya.
4. Konsep-Konsep Kecemasan
Konsep kecemasan dalam faham eksistensialisme mengemukakan bahwa eksistensi manusia adalah seseuatu yang berciri khas baginya. Dalam eksistensi manusia yang otentik, manusia itu penuh bertanggung jawab atas perbuatannya dalam kehidupannya. Dalam usahanya untuk mencapai eksistensi yang otentik manusia akan mengalami kecemasan eksistensial. Hal ini berarti dia harus mengakui antara lain keterbatasan dirinya, kekurangan-kekurangannya, dan akhirnya akan mati. Dalam rangka pemikiran yang demikian, maka kecemasan adalah cirir yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dan lebih daripada itu merupakan ciri khas dari kemanusiaannya. Manusia adalah makhluk yang memproyeksikan dirinya ke masa depan sehingga berusaha mengembangkan seperti potensi dan kemampuan yang dimilikinya, dengan memperhitungkan segala resiko dan kegagalan, sehingga timbullah perasaan was-was cemas, dan tidak menentu.9
Kecemasan dianggap hal yang patologis apabila:
· Kecemasan ini timbul hanya karena peristiwa kecil atau terjadi tanpa sebab.
· Kecemasan ini luar biasa (demikian hebat) dan persisten.10
B. Kehamilan Sebagai Pencetus Kecemasan
Kehamilan menandai akan hadirnya manusia baru dengan segala kemungkinan, harapan, kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin telah siap menampung hasil pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu siap. Pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan atau pengalaman sendiri pada kehamilan sebelumnya akan ikut mempengaruhi makna kehamilan tersebut. 11
Seorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalensi. Suatu perasaan yang bersifat menginginkan dan menolak terhadap kehadiran bayinya. Perasaan menginginkan, kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara bebas dan tidak menimbulkan perasaan bersalah, ketakutan, dan kecemasan. Perasaan menolak kurang dapat diekspresikan secara bebas serta kadang-kadang perasaan ini sebagian besar tidak disadari. Perasaan menolak meliputi cemas dan takut akan sakit waktu melahirkan, terutama kelainan pada persalinan sebelumnya, kehilangan sifat menarik, perasaan tidak nyaman akibat pembesaran abdomen, terganggunya pekerjaan dan aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas atau bertanggung jawab sebagai ibu. 2,3
Pada umumnya peristiwa kehamilan itu akan diterima dengan baik oleh si ibu, gangguan-gangguan yang dideritanya, pembatasan-pembatasan yang dialaminya, serta perubahan-perubahan yang ditimbulkannya akan diterima dengan baik. Bahkan rasa takut menghadapi partusnya dapat diatasi atau diimbangi dengan harapan memperoleh anak yang menjadi buah hatinya dan sebagai pengikat cinta mesra suami terhadap dirinya, lebih-lebih kalau hal itu ditambah keyakinan bahwa ia akan mendapat pertolongan yang diperlukan tepat pada waktunya. Sikap jiwa yang positif demikian ini merupakan inti dari kesehatan jiwa, biasanya telah diawali keadaan yang menguntungkan bagi si ibu seperti tersebut dibawah ini :
1. Ibu sendiri telah mengalami masa kanak-kanak yan menyenangkan.
2. Anak yang dikandungnya memang merupakan ‘a wanted child’, baik oleh ibu sendiri maupun oleh suaminya.
3. Ibu itu tidak khawatir akan kekurangan atau kesulitan materiil, misalnya biaya perawatan, perumahan, pendidikan, dan nasib anaknya yang akan datang.
4. Bagi ibu yang beragama, maka kehamilannya akan dipandang sebagai nikmat anugerah dari Tuhan.
Sebaliknya ada sebagian wanita yang menghadapi peristiwa kehamilan dengan sikap yang negatif. Sikap negatif yang ditunjukkan oleh ibu itu berpangkal pada 2 kompleks gangguan psikologis, yaitu :
· Ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran akan nasib anaknya yang akan dilahirkan.
· Rasa penolakan terhadap anak yang dikandungnya.
Mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya dapat diuraikan menjadi 2 bentuk kecemasan :
1. Kecemasan terhadap diri sendiri, dan
2. Kecemasan terhadap anaknya 13.
· Ketakutan dam Kekhawatiran
1. Kecemasan terhadap diri sendiri
Umumnya kecemasan berhubungan denngan kesehatan dan keselamatan, wanita cemas terhadap kemungkinan komplikasi waktu hamil dan waktu bersalin, cemas terhadap nyeri waktu bersalin, kekhawatiran tidak segera memperoleh pertolongan ataupun perawatan yang semestinya dan mungkin pula cemas terhadap ancaman bahaya maut. Bahkan kadang-kadang dapat timbul asa cemas yang tidak langsung berhubungan dengan proses kehamilannya, misalnya soal rumah tangga, mata pencaharian suaminya ataupun mengenai hubungan dengan suaminya.
2. Kecemasan terhadap anaknya
Kecemasan ini antara lain mengenai cacat, perlukaan, keguguran, kematian dalam kandungan, kemungkinan beranak kembar, dan kapasitas anaknya.
Berbagai perasaan cemas ini akan mudah timbul apabila si ibu itu sendiri telah mengalami, melihat, ataupun mendengar hal-hal yang tidak diinginkan telah menimpa tetangganya, saudaranya, atau temannya.
· Rasa penolakan
Tidak semua bayi yang dilahirkan di dunia ini diinginkan oleh keluarganya sehingga tidak jarang dilakukan usaha-usaha untuk menghilangkan atau menggugurkannya. Catatan statistik tidak dapat menunjukkan angka yang pasti karena pengguguran umumnya dirahasiakan. Yang masuk catatan statistik apabila usaha menggugurkan tidak berhasil dan atau menimbulkan komplikasi-komplikasi sehingga wanita terpaksa dirawat di rumah sakit. Rasa penolakan terhadap anak tidak selalu berupa usaha untuk menggugurkan, akan tetapi sering dicerminkan dalam sikap tingkah laku si ibu, misalnya terkejut, menyesal waktu mengetahui bahwa ia hamil atau bersikap murung selama kehamilan. Rasa penolakan akan dipersubur jika dari pihak suami juga tidak menginginkan anak itu. Dalam pada itu kehamilan yang terjadi di luar perkawinan yang sah tidak selalu disertai rasa penolakan terhadap anak yang dikandungnya 14.
C. Masa Kehamilan dan Kecemasan
a. Trimester pertama
Adaptasi psikologik terhadap kehamilan bervariasi pada perjalanan kehamilan 12. Setelah hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa wanita tersebut hamil, beberapa perubahan penting terjadi pada minggu-minggu berikutnya.
§ Perubahan dalam harapan-harapan seperti rancangan karir, kebebasan individu, dan menjadi seorang ibu.
§ Perubahan pada konfirmasi tubuh seperti kegemukan dan timbulnya garis-garis pada perut.
§ Perubahan dalam hubungan dengan individu lain.
Perubahan diatas menyebabkan wanita hamil merasa cemas, gusar, ketakutan, dan perasaan panik. Dalam pikiran kehamilan merupakan ancaman, kegawatan, menakutkan, dan membahayakan diri mereka. Mereka tidak hanya menolak kehamilan akan tetapi berusaha pula untuk menggugurkan bahkan mencoba bunuh diri 14.
Komplikasi kehamilan pada trimester ini adalah hiperemis gravidarum dan abortus.
- Hiperemis Gravidarum
Kehamilan yang paling sering disertai gangguan psikis adalah hiperemis gravidarum 15. Hiperemis gravidarum selain disebabkan kelainan organik (hiperaciditas lambung, kadar HCG yang tinggi), faktor-faktor psikis sering menjadi dasar penyakit ini misalnya ketidakmatangan psikoseksual, pertentangan dengan suami atau dengan ibu mertua, kesulitan sosial ekonomi, ketakutan atau kecemasan dalam persalinan nanti 16. Muntah-muntah yang berlebihan merupakan komponen reaksi psikologis terhadap situasi tertentu dalam kehidupan wanita. Tanpa itu biasanya wanita hamil muda hanya menderita rasa mual dan muntah sedikit-sedikit (emesis gravidarum) 5.
- Abortus
Abortus habitualis dapat disebabkan oleh faktor-faktor psikologis seperti pertentangan emosional yang telah ada sebelumnya atau yang timbul selama kehamilan. Pemikiran dan kecemasan/ketakutan akan beban-beban dan tanggung jawab dalam hubungannya tugas sebagai istri/ibu, akan menimbulkan pertentangan emosional yang hebat pada seorang muda usia mungkin pula abortus habitualis dipengaruhi kecemasan akibat kurangnya perhatian atau pengertian dari pihak suami dan kurangnya bantuan moral dari pihak keluarga, kawan-kawannya serta dari pihak dokter 16.
b. Trimester kedua
Dengan berlanjutnya proses kehamilan, wanita hamil mengalami perubahan fokus emosi. Pada trimester kedua ini identifikasi kehamilan sebagai konsep abstrak telah berubah menjadi identifikasi yang nyata 6. Pada masa ini wanita cenderung untuk memikirkan kesehatan kandungannya, keadaan janin, dan berfantasi akan angan-angan yang akan dicapainya pada lelahiran nanti 12.
c. Trimester ketiga
Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata. Sebagian belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang lainnya dapat mengatasi kecemasan tersebut dengan baik 7. Alasan yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan adalah kecemasan mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya 14.
Komplikasi obstetri pada trimester ini adalah pre-eklamsi dan eklamsi.
Ø Pre-eklamsi dan Eklamsi
Pada penyelidikan akhir-akhir ini menunjukkan kemungkinan bahwa pre-eklamsi dan eklamsi mempunyai latar belakang psikosomatis 5. Secara psikologis penyakitnya menunjukkan diri dalam sikap yang kurang wajar, perasaan bersalah, berdosa ataupun cemas terhadap kehamilannya, dan kadang-kadang walaupun jarang ada kecenderungan untuk bunuh diri 8.
Ø Partus prematurus
Partus prematurus dapat disebabkan oleh ketegangan psikis, tekanan kehidupan modern, dan diikutsertakan wanita dalam industri. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa frekuensi prematuritas diantara wanita-wanita yang bekerja di kota-kota besar makin meningkat dari tahun ke tahun. Demikian pula wanita yang belum nikah sering melahirkan sebelum waktunya, sehingga kehamilan diluar perkewinan dapat dianggap sebagai faktor etiologik bagi prematuritas 16.
D. Penanggulangan Kecemasan Dalam Kehamilan
Seorang ibu yang tabah akan berusaha menguasai keadaan dan menganggap saat melahirkan sebagai suatu puncak yang telah dapat dilalui akan mendatangkan kebahagiaan. Keadaan tersebut tidak demikian bila ibu itu tidak kuat jiwanya sehingga ia akan dihantui rasa cemas. Pemeriksaan psikiatrik harus dilakkukan pada wanita hamil yang pada anamnesa menunjukkan secara psikologis berisiko tinggi.
Kebutuhan ketergantungan selama kehamilan terdapat pada sebagian besar wanita hamil. Mereka percaya pada pengobatan dan anjuran-anjuran yang diberikan oleh dokter. Penanganan efektif yang terbaik adalah hubungan yang baik dan erat antara pasien dan dokter 12.
Tidak boleh dilupakan agar terselenggara hubungan batin yang sebaik-baiknya, sehingga usaha memberi pertolongan dapat dipermudah diantaranya adalah pengawasan dan bimbingan bagi wanita hamil untuk bersikap jiwa positif dan mengurangi ataupun mengubah sikap jiwa yang negatif.
Dengan pemberian penerangan, penjelasan, dan pengertian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga termasuk peristiwa kehamilan dan persalinan diharapkan dapat menimbulkan sikap jiwa yang positif. Adanya pengertian dan perhatian dari pihak suami, keluarga, teman-teman, dan dokter dapat memberikan dukungan moral yang diperlukan dan untuk mengembalikan kepercayaan pasien. Pengertian dan perhatian dianggap sama baiknya dengan pengobatan medis 5.


PENUTUP

KESIMPULAN
            Gangguan psikologi yang dialami ibu saat hamil diantaranya adalah Ambivalen, cemas, depresi, murung, dan perubaha citra tubuh. Ganguan psikologi tersewbut merupakan sesuatu yang wajar dialami oleh seorang wanita pada saat kehamilan.

SARAN
            Sebaiknya seorang wanita yang sedang hamil harus didukung secara psikologi oleh keluarga yaitu orang tua, suami, saudara dekat yang berada dalam lingkungannya, sehingga akan mengurangi gangguan-gangguan psikologi yang dialami oleh wanita hamil dan membantu mencoba untuk mengatasi dan mengurangi gangguan-gangguan psikologi tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Midwife Putry salju. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.