Selasa, 04 Desember 2012



MAKALAH KONSEP KEBIDANAN
KENDALA PENURUNAN AKI DI INDONESIA MENURUT MDG’S
                         Dosen Pengampu: Widyah setiowati,  S. SiT




Disusun oleh:
Lina fathma         (121150)

AKADEMI KEBIDANAN ABDI HUSADA
SEMARANG

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah konsep kebidanan dengan lancar dan tepat pada waktunya.


Kedua kalinya sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita kepada agama yang diridhoi Allah SWT yakni agama Islam.
Namun saya yakin tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi dan do’a, makalah  ini tidak akan terwujud.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada :
  1. Dra. Tatik Indrawati, S.SiT, M.Kes, Direktur Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang.
  2. Widyah setiyowati S. SiT selaku dosen pengampu mata kuliah konsep kebidanan
  3. Kedua orang tua yang saya sayangi dan saya cintai
  4. Titik kurniawati S.SiT selaku dosen wali kelas B
  5. Seluruh Dosen Dan Staff  Karyawan Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang.
  6. Alim Perdana Putra yang saya cintai
  7. Seluruh Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang

Selain itu ucapan terima kasih saya kepada yang terhormat. Akhir kata untuk menyempurnakan makalah ini. saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.dan makalah ini dapat berguna bagi para pembaca baik dimasa sekarang maupun di masa yang akan datang.


 Semarang, 04 Desember 2012

       Lina fathma



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
B.     Tujuan
C.     Metode penulisan
BAB II : ISI
A.    AKI di Indonesia
B.     Kendala penurunan AKI
C.     Upaya menurunkan AKI
D.    strategi operasional menurunkan AKI
BAB III: PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
C.     Penutup
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) dirumuskan untuk mewujudkan delapan tujuan umum, salah satu diantaranya terkait dengan kesehatan ibu. Sehubungan dengan upaya pencapaian target MGDs di Indonesia, dalam hal kesehatan ibu, agaknya negara kita masih menghadapi kendala yang cukup berat dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) terlebih lagi data AKI di Indonesia masih menjadi perdebatan. Sebagai gambaran, pada tahun 2009 secara serentak Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Pasifik (UNESCAP),
Program Pembangunan PBB (UNDP), UNFPA, dan WHO, menyatakan bahwa telah terjadi kenaikan Angka Kematian Ibu melahirkan dari 307/100.000 menjadi 420/100.000. Sementara itu data nasional yang dikeluarkan oleh Bappenas 2009, menunjukkan bahwa AKI di Indonesia justru mengalami penurunan dari 307/100.000 pada tahun 2002-2003, dan menjadi 228/100.000 pada tahun 2009.
Meskipun angka perhitungan nasional tersebut menunjukkan tren penurunan, Bappenas mengisyaratkan bahwa Indonesia akan sulit mencapai target MDG untuk menurunkan AKI sampai ke angka 102 pada tahun 2015.
Bappenas memperkirakan bahwa pada tahun 2015, AKI di Indonesia masih akan berkisar di angka 163. Indonesia tertinggal jauh dari Malaysia dan Thailand yang angka AKI-nya masing-masing 30 dan 24.
Hal ini menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan  negara    negara ASEAN lainnya.
Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan  kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001).



B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
-          Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kendala penurunan AKI di Indonesia terkait MDG’s
2.      Tujuan Khusus
-          Untuk mengetahui penyebab kematian ibu
-          Mendorong berbagai pihak untuk bersama-sama memikirkan upaya-upaya apa yang strategis untuk dilakukan guna mewujudkan target MGDs dalam hal penurunan angka kematian ibu (AKI) yang saat ini masih cukup tinggi.

C.     Metode
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah browsing internet dan study pustaka

BAB II
ISI

A.    PROFIL

Angka Kematian Ibu ( AKI ) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan MDGS yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survey yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu kewakty, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan peembangunan millennium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Angka kematian  bayi menjadi indicator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini.


B.     KENDALA PENURUNAN AKI

kendala penurunan AKI
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka kematian, meskipun masih banyak factor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Menurut departemen kesehatan penyebab kematian ibu 28 % karena perdarahan, 24% karena preeklamsi, 11% karena infeksi, 8% karena komplikasi masa nifas, 5% karena partus lama dan partus macet, 5 % karena abortus, 3% karena emboli obstetric. 11% lain lain.
Mengapa AKI di Indonesia sulit untuk diturunkan? Ada banyak faktor yang ditengarai berkontribusi dalam menghambat upaya penurunan AKI, diantaranya adalah faktor akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi, yang belum merata oleh perempuan. Hasil penelitian WRI yang dilakukan di tujuh wilayah di Indonesia menunjukkan bahwa faktor kemiskinan, budaya, keterbatasan serta tidak meratanya fasilitas pelayanan dan tenaga kesehatan menjadi kendala bagi perempuan saat membutuhkan pelayanan kesehatan reproduksinya, terutama saat hamil dan melahirkan. Sementara hal itu berkontribusi pada angka kematian ibu melahirkan.
Di sisi lain, banyak warga masyarakat yang tidak menyadari bahwa pelayanan kesehatan dasar, pendidikan dan akses terhadap kerja adalah hak-hak dasar yang seyogyanya disediakan oleh negara. Dalam hal ini, negara sebagai instrumen publik memiliki kewenangan dan kewajiban untuk memenuhi hak-hak dasar tersebut serta berwenang untuk memformulasikan anggaran bagi publik melalui program pemerintah maupun swasta.
Dalam kenyataannya, anggaran dan program-program pemerintah belum mampu memenuhi hak-hak dasar tersebut. Sekalipun, Undang-Undang Kesehatan sudah mengatur besaran minimal pembiayaan Kesehatan, namun belum cukup mampu mendorong daerah untuk mengalokasikan anggaran kesehatan, terutama kesehatan ibu, yang memadai agar pasti dapat menyelamatkan nyawa perempuan di Indonesia.
Temuan penelitian WRI memperlihatkan masih ada daerah yang mengalokasikan pembiayaan kesehatan perempuan kurang dari 1%. Begitu pula halnya dengan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang bertujuan untuk memberikan kemudahan pada masyarakat miskin guna mengakses fasilitas pelayanan kesehatan secara gratis, dalam pelaksanaannya ternyata masih menyisakan berbagai persoalan mendasar yang terkait dengan sistem pendataan, kualitas pelayanan maupun yang terkait dengan ketersediaan fasilitas layanan kesehatan serta pembiayaan.
Hal tersebut menjadi kendala tersendiri bagi upaya penyediaan layanan kesehatan yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat khususnya kelompok miskin.
Secara cukup terperinci, hasil penelitian WRI ini menggambarkan permasalahan-permasalahan mengenai akses dan pemanfaatan fasilitas kesehatan reproduksi bagi perempuan miskin di tujuh wilayah penelitian tersebut. Gambaran yang masih jauh dari situasi yang diharapkan ini diajukan untuk dapat menjadi bahan pemikiran kita bersama untuk mencari jalan keluar agar dapat menghadirkan kondisi fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi yang lebih menjawab kebutuhan perempuan miskin. Mampukah Indonesia mencapai target pembangunannya, yang salah satu indikatornya adalah Angka Kematian Ibu ketika melahirkan sebesar 102/100,000 pada tahun 2015?
Dengan melihat hasil penelitian ini, menjadi penting bagi WRI sebagai lembaga penelitian yang peduli dengan upaya penegakan hak-hak perempuan, khususnya hak-hak dasar perempuan sebagai warga negara untuk menyelenggarakan Peluncuran dan Diskusi Buku hasil penelitian WRI dengan tema Akses dan Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Perempuan Miskin di Tujuh Kabupaten/Kota di Indonesia yaitu Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lebak, Kabupaten Indramayu, Kota Surakarta, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Sumba Barat.

Selain masalah medis tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan jender, nila budaya, perekonomian, serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan.
Perdarahan menempati persentasi tertinggi penyebab kematian ibu(28 persen) , anemia dan kekurangan energy kronis(KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan factor kematian utama ibu.Di berbagai Negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hamper 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan,namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat(anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.(WHO)

Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu adalah eklamsia(24 persen) , kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan.Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir.Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir.Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi,sudah diderita ibu sebelum hamil (profil kesehatan Indonesia,2007).

C.     UPAYA PENURUNAN AKI

Upaya penurunan AKI


Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan AKI.
Asuhan persalinan normal dengan paradigma baru (aktif) yaitu dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi, terbukti dapat memberi manfaat membantu upaya penurunan AKI.
Sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas, maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut (JNPK, 2007).

D.    STRATEGI OPRASIONAL MENURUNKAN AKI
Lima strategi operasional menurunkan angka kematian ibu
Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian Kesehatanmenetapkan lima strategi operasional yaitu penguatan Puskesmas dan jaringannya; penguatan manajemenprogram dan sistem rujukannya; meningkatkan peran serta masyarakat; kerjasama dan kemitraan; kegiatanakselerasi dan inovasi tahun 2011; penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir.
  1. Kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah menindaklanjuti Inpres no. 1Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Inpres No. 3 tahun2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan advokasiterkait percepatan pencapaian MDGs. Akhir tahun 2011, diharapkan propinsi dan kabupaten/kota telahselesai menyusun Rencana Aksi Daerah dalam percepatan pencapaian MDGs yaitu mengentaskankemiskinan ekstrim dan kelaparan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu,memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.
  2. Pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai tahun 2011 setiap Puskesmasmendapat BOK, yang besarnya bervariasi dari Rp 75 juta sampai 250 juta per tahun. Dengan adanya BOK,pelayanan “outreach” di luar gedung terutama pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yangmembutuhkan.
  3. Menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) berupa indikator komposit(status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses pelayanan kesehatan) yang digunakan untuk menetapkankabupaten/kota yang mempunyai masalah kesehatan. Ada 130 kab/kota yang ditetapkan sebagai DBK yangtahun ini akan didampingi dan difasilitasi Kementerian Kesehatan.
  4. Penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan fasilitas kesehatan diDaerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), termasuk dokter plus, “mobile team”.
Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan standar pelayan KB berkualitas, sebagaimana diamanatkan UU no 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan telah meluncurkan JaminanPersalinan (Jampersal) yang mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, nifas, KB pascapersalinan, dan neonatus.
Melalui program ini, persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanankesehatan diharapkan meningkat, demikian pula dengan pemberian ASI dini, perawatan bayi baru lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan. Sasaran Jampersal adalah 2,8 juta ibu bersalin yang selama ini belum terjangkau oleh jaminanpersalinan dari Jamkesmas, Jamkesda dan asuransi kesehatan lainnya. Ruang lingkupnya adalah :pelayanan persalianan tingkat pertama, tingkat lanjutan, dan persiapan rujukan di fasilitas kesehatan Pemerintah dan Swasta.
Kelompok inilah yang akan ditanggung Jampersal. Pelayanan yang dijamin melalui Jampersal yaitu: pemeriksaan kehamilan 4 kali, pertolongan persalinan normal dan dengan komplikasi,pemeriksaan nifas 3 kali termasuk pelayanan neonatus dan KB paska persalinan, pelayanan rujukan ibu/bayi baru lahir ke fasilitas kesehatan lebih mampu.
Strategi penguatan Puskesmas dan jaringannya dilakukan dengan menyediakan paket pelayanan kesehatan reproduksi (kespro) esensial yang dapat menjangkau dandijangkau oleh seluruh masyarakat, meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, yaitu:Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, KB, kespro remaja, Pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS; dan mengintegrasikan pelayanan kespro dengan pelayanan kesehatan lainnyayaitu dengan program gizi, penyakit menular dan tidak menular

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Banyak penyebab yang menyebabkan angka kematian ibu antara lain ( perdarahan, pre eklampsi, komplikasai masa nifas, partus macedan partus lamat, emboli obstetric, infeksi, abortus ).
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan yang dapat dilakukan untuk mencegah AKI Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan AKI.
Asuhan persalinan normal dengan paradigma baru (aktif) yaitu dari sikap
menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang muncul.
untuk mencegah AKI dapat dilakukan dengan penanganan infeksi dengan baik dan pemeriksaan hamil untuk memantau kesehatan ibu dan janin
Untuk dapat mencapai target MDGs itu, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat untuk mencegah terjadinya angka kematian ibu, secara terus menerus.

B.     SARAN
Kalangan bidan menjadi tumpuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia untuk mencapai target MDG pada 2015 sebesar 102 per 100 ribu kelahiran hidup, dan di harapkan sebagai bidan dapat bekerja keras dan bekerja cerdas untuk dapat mengurangi angka kematian ibu ini.

C.     PENUTUP
Saya telah berusaha mencari referensi untuk memenuhi tugas individu materi konsep kebidanan ini, untuk lebih sempurnanya makalah ini saya sangat mengharapkan masukan maupun koreksi sehingga pengetahuan ini dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk meningkatkan mutu dan derajat kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA
·         Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC
·         Mochtar, rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Midwife Putry salju. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.